Selasa, 29 Maret 2011

Reflection on Christmas


Hari ini kita bersama-sama merayakan Natal. Natal yang begitu sakral karena Natal adalah Anugerah Allah yang diberikan kepada manusia hanya melalui Yesus Kristus.

1. Natal adalah Anugerah Allah
Banyak orang salah merayakan Natal dengan “bartering system”, kalo Tuhan kasih saya profit baru saya mau percaya atau kalau saya melakukan sesuatu buat Tuhan maka Tuhan harus balas sesuai dengan apa yang saya inginkan. Seringkali konsep kita adalah berharap memperoleh profit dari Allah “by our works” yaitu dari what i do, what i experience dan what i know. Namun kita lupa bahwa Allah memberikan Natal kepada setiap kita, semua karena inisiatif Allah di dalam anugerah-Nya (by His Grace). Allah adalah Sang Pencipta dan manusia adalah ciptaan Allah. Namun, manusia jatuh ke dalam dosa dan manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya ... Maka manusia membutuhkan Yesus Kristus sebagai satu-satunya juruselamat dunia yang diutus oleh Allah ke dalam dunia untuk menebis dosa manusia dan memberikan pengharapan hidup kekal di dalam rencana-Nya.

2. Anugerah adalah Pemberian Allah (God’s given).
Self-salvation tidak bakal menyelesaikan masalah karena manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Salvation sejati datangnya hanya berasal dari Allah kepada manusia. Oleh karena itu, Yesus Kristus adalah Anugerah Terbesar Allah kepada manusia untuk datang ke dalam dunia untuk menyelamatkan saudara dan saya. Oleh karena itu, siapapun anda, anda dapat mengenal siapakah Yesus Kristus secara pribadi di dalam hidupmu dan anda dapat melihat apa yang telah Allah kerjakan di dalam Kristus untuk membawa saudara dan saya kembali kepada Allah Sang Pencipta.

Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Xiamen, China

Kamis, 25 Februari 2010

Who is Jesus Christ?

Yesus Kristus, Sebuah nama kontroversial yang tiada henti menarik perhatian dunia dari 2000 tahun yang lalu hingga abad 21. Banyak tokoh pemikir sampai kawula muda memiliki komentarnya masing-masing mengenai siapakah Yesus Kristus. Sayangnya, banyak komentar-komentar mereka gagal menemukan identitas yang akurat mengenai pribadi Yesus Kristus karena mereka gagal melihat Alkitab sebagai Kitab Suci yang absolut dan benar. Jika kita hendak menemukan kebenaran tentang siapakah Yesus Kristus, satu-satunya jalan adalah kita harus membaca Alkitab, wahyu Allah bagi kita. Apa yang Alkitab katakan mengenai Diri-Nya?

1. Yesus adalah Allah yang menjelma menjadi manusia
Selama Yesus Kristus hidup dalam dunia, tidak sedikit orang mempertanyakan keberadaan diri-Nya. Yesus berkata, “Aku dan Bapa adalah satu” (Yohanes 10:33). Yesus memberikan klaim bahwa kualitas Bapa dan diri-Nya adalah satu, yaitu Allah. Pengertian satu kualitas ini dapat kita pahami melalui perkataan Yesus Kristus : “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” (Yohanes 8:58). Yesus bukanlah manusia yang bergumul menuju kepada Allah; tetapi sebaliknya Ia adalah Allah yang sudah datang kepada manusia (Yohanes 1:1; 1:14). Jika Yesus Kristus bukan Allah yang menjelma menjadi manusia, tidak mungkin ada pendamaian untuk segala dosa manusia, tetapi ada tertulis: “Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.” (1 Yohanes 2:2).

2. Yesus Kristus adalah Kudus dan Tidak Berdosa.
Sebagaimana Allah itu kudus (Yesaya 6:3) dan tidak dapat dicobai oleh yang jahat (Yakobus 1:13), Yesus memiliki kepenuhan keallahan (Kolose 2:9), tidak berbuat dosa (Ibrani 4:15), tiada musuh yang dapat menemukan dosa dalam hidup-Nya (Yohanes 8:46) dan Ia mengajak setiap manusia untuk hidup kudus sebagaimana Allah adalah kudus (1 Petrus 1:16). Pendamaian Allah untuk dosa manusia tidak bisa diwakili oleh manusia yang telah jatuh ke dalam dosa. Hanya Yesus Kristus adalah yang kekal, yang satu-satunya, yang adalah Allah, menjelma menjadi manusia; Dia sekaligus Allah dan manusia, Pengantara satu-satunya antara Allah dan manusia (1 Timotius 2:5).

3. Yesus Kristus adalah Juruselamat Dunia
Dalam Penciptaan, manusia dicipta menurut gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:26). Manusia jatuh ke dalam dosa karena adanya keinginan manusia untuk mau menjadi seperti Allah serta menuruti hasutan Iblis (Kejadian 3). Sejak kejatuhan manusia ke dalam dosa, semua manusia telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23). Di dalam kekudusan Allah dan keadilan Allah, ditegaskan bahwa upah dosa adalah maut (Yehezkiel 18:4). Siapakah pribadi yang dapat menyelamatkan manusia? Hanya Yesus Kristus sebagai satu-satunya pribadi yang dapat mengampuni dosa manusia dan memperbaharui hidup kita (Kisah Para Rasul 4:12) di dalam kasih-Nya (Yohanes 3:16). Oleh karena kasih-Nya, Ia rela mati di atas kayu salib untuk menebus dosa manusia. Sungguh, Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia (Titus 2:13). Mungkin saudara bertanya, apakah hanya Yesus yang dapat menyelamatkan manusia? Yesus sendiri menjawabnya di dalam Alkitab : “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”. (Yohanes 4:16). Mungkin saudara membaca tulisan ini dan bertanya, bagaimanakah aku dapat datang kepada Yesus? Semua itu haruslah dimulai dari pertobatan saudara kepada-Nya. Pertobatan bukanlah meminta maaf kepada Allah saja tetapi menyadari keberdosaan saudara, mengakui dosa-dosa kita di hadapan Allah, mau berbalik kepada Allah dan hidup di dalam kebenaran-Nya. Tanpa pertobatan yang rela membongkar diri, tidak ada pengampunan dosa. Darah Yesus Kristus membasuh orang percaya dan mengampuni orang berdosa dan membawa mereka kembali kepada Allah yang mengasihi dunia ini. (Yohanes3:16)

4. Yesus Kristus adalah Hakim yang adil.
Setelah Yesus mati di atas kayu salib, Ia bangkit dari kematian dan naik ke Surga. Ia berjanji akan datang kembali untuk menghakimi dunia dan menggenapkan keselamatan umat-Nya. Baik manusia dan malaikat, yang hidup dan yang mati, akan tampil di hadapan-Nya untuk dihakimi menurut catatan yang dimiliki-Nya tentang mereka (Matius 24:30,31:25:31,32). Kedatangan-Nya itu akan bersamaan dengan penghakiman yang mengerikan atas orang-orang jahat, tetapi juga bersamaan dengan berkat dan kemuliaan kekal bagi orang percaya (Matius 25:33-46). Kendatipun Ia akan menghakimi orang-orang jahat dengan hukuman kekal, Ia juga akan membenarkan umat milik-Nya dan membawa mereka kepada kesempurnaan sukacita dalam kerajaan-Nya yang kekal. Allah itu adil, demikian Yesus Kristus. Ia tidak dapat disuap oleh siapapun. Inilah kesempurnaan kemenangan Kristus. Sudahkah kau siap, kawan?

Siapakah Kristus bagimu? Apa hubungannya dengan dirimu? Jikalau Dia mengatakan : “Akulah Jalan, dan Kebenaran dan Hidup”, sebuah perkataan yang tidak boleh dan tidak akan pernah dapat dikatakan oleh siapapun juga, mengapa Anda tidak mencoba mengenal-Nya dan menerima kebahagiaan sejati yang berasal dari pada-Nya?

Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin, maupun hari ini dan sampai selama-lamanya. (Ibrani 13:8).

Dalam Kasih-Nya
Ev. Daniel Santoso
Beijing, China

Sumber: Traktat GRII Taiwan

Selasa, 16 Februari 2010

The Pluralist

Tgl 30 Desember 2009, Gus Dur menghembuskan nafas terakhir. Banyak orang merasa telah kehilangan teladan penting seorang negarawan, intelektual, agamawan dalam sejarah reformasi bangsa Indonesia, Tapi rupanya tidak sedikit sebagian orang yang menyumpahinya untuk masuk ke neraka akibat pemikiran “liberal” yang mengusik sebagian kaum muslim ekstrimist sehingga kehadiran musuh-musuh politiknya maupun sebagian muslim extremist menjadi gangguan yang tidak dapat dihindari oleh Gus Dur.. Well, memang tidak mudah menjadi seorang Gus Dur. Menurut Dr. Johan Effendi, salah seorang teman baik Gus Dur mengatakan bahwa Gus Dur adalah seorang visioner yang telah melihat terlalu jauh ke depan untuk memperjuangkan visi yang harus ia kerjakan untuk bangsa Indonesia dan seluruh dunia, sehingga banyak orang ketinggalan jauh untuk mengerti visi dan perjuangannya. Saya langsung teringat apa yang pernah diserukan oleh pendeta senior saya, Dr. Stephen Tong yang mengutip Dr. Sun Yat Sen: Ada tiga macam manusia di dalam dunia ini, Pertama, Tipe orang yang mengetahui terlebih dahulu apa yang akan terjadi dan biasanya orang demikian bakal dianggap seperti orang gila. Kedua, Tipe orang yang memiliki kesadaran tetapi sayangnya terlambat. Menurut Sun Yat Sen, at least, mereka masih memiliki kesadaran sehingga mereka dapat memiliki kesempatan untuk memperbaiki setiap kesalahannya. Ketiga, Tipe orang yang sudah tidak punya kesadaran alias tidak tahu apa-apa (tertidur). Jika perkataan Dr. Johan Effendi benar soal Gus Dur sebagai seorang visioner, maka Gus Dur tidak mungkin hidup “tenang” dalam hidupnya karena banyak orang belum dapat mengerti apa yang dipikirkan oleh Gus Dur alias mereka terlalu lamban untuk dapat mengerti visi beliau.

Meski demikian, tiada hentinya, Gus Dur tetap berjuang meneriakkan konsep kesetaraan manusia, demokrasi dan pembelaan hak-hak asasi manusia dalam pergumulan kancah politik bangsa Indonesia. Ia membela hak-hak asasi kaum minoritas dalam beberapa kasus seperti diskriminasi terhadap kaum Tionghoa, pembakaran tempat ibadah/gereja, kebebasan beragama minoritas maupun tuduhan kristenisasi gereja terhadap komunitas muslim (khususnya). Gus Dur memperjuangkan suara minoritas dan Gus Dur malah dianggap kyai murtad nan kafir. Meskipun Gus Dur adalah Muslim, tetapi baginya kemajemukan adalah pemberian Ilahi dari Sang Pencipta. Ia menerima kemajemukan bangsa Indonesia di dalam etika dignitas (ethic of dignity), bukan etika kebutuhan (ethic of interest). Siapapun mereka, mereka adalah bagian dari bangsa Indonesia, oleh karena itu kita harus menikmati perbedaan tersebut dengan kembali kepada dasar negara bangsa Indonesia yaitu Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Prof. Dawam Rahadjo memberikan penjelasan bahwa dalam UUD 1945, Hak Asasi Manusia (termasuk hak beragama dan pindah agama) adalah hak sipil warga negara. Pemikiran Gus Dur hanya dapat dipahami di dalam pengertian process yang progresif. Tidak sedikit, organisasi maupun lembaga agama, kebudayaan dan hak asasi manusia memberikan penghargaan kepada beliau atas konsep perjuangan pluralisme yang Gus Dur terus kerjakan sampai akhir hayatnya. Toleransi adalah kuncinya.

Meski Gus Dur adalah seorang pluralis, ia berani memberikan kritikan kepada individu, partai, pemerintah yang telah melangkah jauh dari batasnya. Misalnya, Ketika Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengatakan bahwa Holocaust is a myth. Gus Dur terang-terangan menentang statement diatas karena Ahmadinejad telah berbohong dang mengingkari apa yang pernah terjadi di dalam sejarah dunia. Gus Dur memberikan komentar soal hubungan diplomatik Indonesia-Israel, Kalo China, negara komunis yang atheis dapat menjalin hubungan diplomatik dengan Indonesia, kenapa Israel tidak boleh?

Dalam National Prayer Conference 2003, Gus Dur mengajak kaum minoritas (kristen) untuk tidak menganggap kaum extremist sebagai musuh, mereka adalah orang yang harus dididik kembali karena mereka berani berbuat kekerasan karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Satu kata buat Gus Dur! Luar biasa! Inilah tokoh pluralis yang menjalankan definisi pluralis dalam hidup bernegara yaitu menghormati rasa hormat dan toleransi satu sama lain, berinteraksi tanpa konflik atau asimilasi, memperjuangkan hak asasi manusia (kebebasan beragama).

Mengutip Dr. Stephen Tong, kebebasan umat beragama bukanlah diberikan oleh pemerintah, melainkan Anugerah Tuhan untuk semua umat manusia. Dalam buku “Iman, Penderitaan dan Hak Asasi Manusia”, Dr. Stephen Tong mengatakan bahwa Tuhan menghormati hak asasi manusia, bahkan Ia terkadang menghargai hak asasi manusia untuk melawan Tuhan. Manusia diberikan hak kebebasan oleh Tuhan termasuk kemungkinan untuk melawan Tuhan. Itu adalah hak yang diberikan oleh Tuhan … disini kita dapat melihat bahwa Tuhan bukan diktator, dan Ia tidak menindas semua yang melawan-Nya. Tetapi waktu kita memakai hak asasi manusia untuk melawan Tuhan, maka itu berarti kita sedang membunuh hak asasi kita sendiri, karena hak asasi kita hanya dapat terjamin di dalam tangan Tuhan saja.

Selamat berjuang
Daniel Santoso
Beijing, China

Senin, 27 Juli 2009

Understand The Times 3

BACK TO THE ONE AND ONLY TRUTH.

Sebagai seorang kristen, bagaimana kita meresponi fenomenal gerakan emerging church? Melalui refleksi ini, saya berusaha memberikan konklusi bahwa:

1. Emerging Church adalah false church. Bukan gereja harus beradaptasi dengan dunia tetapi justru dunia harus beradaptasi dengan gereja. Jika demikian, pertanyaan besar adalah siapa menginjili siapa? Melalui hal ini, emerging church telah melakukan sebuah aksi penolakan terhadap orthodoxy of faith untuk back to Bible tetapi mereka justru welcoming worldly faith. Tindakan mereka jelas telah bertentangan dengan Firman Tuhan (Roma 12:2).

2. Emerging Church justru lebih banyak involved mengerjakan banyak hal untuk jemaat, memberitakan Injil dengan melegalkan “secularly approach” demi penjangkauan lebih banyak jiwa kepada Kristus tetapi tidak mau belajar Firman secara teologis karena mereka lebih mengutamakan “selera” mereka daripada “selera” Tuhan yang diajarkan melalui Alkitab. Sebagai contoh, ada beberapa emerging church melegalkan aborsi, menentang capital punisment dan memberikan support kepada kawula muda untuk safe sex, yaitu pakai condom. Menurut saya, tindakan mereka telah keterlaluan melanggar perintah Allah dan mengalami keterbalikan logika yang membahayakan jemaat Tuhan dan dunia. Inilah self defeating factor yang melanda gereja-gereja abad 21.

3. Emerging Church tidak memberikan “Christian Attitude” sebagai anak Tuhan karena teladan rohani yang sejati telah diinterpretasi bukan demi kemuliaan nama Tuhan, tetapi demi menjangkau jiwa-jiwa tanpa memperhitungkan apakah Tuhan berkenan atau tidak atas tindakan mereka. Banyak orang kelihatan kristen tetapi akhirnya mereka hidup bukan sebagai orang kristen tetapi sekuler. Slogan “Just give me Jesus but don’t change my way” menjadi respon jiwa-jiwa yang dijangkau oleh emerging church. Tidak heran, jika ada gereja di California yang menyediakan beragam kebaktian dengan fasilitas yang berbeda-beda seturut ragamnya selera manusia mengenai worship. Ada country, hip hop, blues, jazz, negro spiritual,classic, pop, dll. Bagaimana saudara melihat gereja-gereja seperti ini? Diam dan membiarkan mereka terbius di dalam kebodohan spiritual dan kebobrokan etika kaum religius? Saya jadi teringat, Alfred Hitchcock. Seorang bapa novel physcho dari England yang terkenal di Amerika Serikat. Dahulu dia hanyalah seorang katolik jesuit yang bekerja sebagai tukang bikin ilustrasi dan karikatur koran. Suatu hari dia baca sebuah buku yang berjudul “the sorrows of satan” maka dia bikin novel physcho, tanpa meninggalkan iman catholic jesuit-nya. Pertanyaannya adalah apakah hitchcock memuliakan Tuhan? Not at all. Ia memuliakan dirinya dan setan serta api neraka dibalik kekristenannya. Jika kita tidak waspada, kita mengatakan diri kristen tetapi kehidupan kultural kita mendominasi hidup kita lebih daripada selera Tuhan, jangan-jangan kita lebih memuliakan diri dan kultur kita sendiri, bukan memuliakan Tuhan.

Gereja Reformed Injili Indonesia percaya kepada satu-satunya kebenaran adalah kembali kepada Allah dan Kebenaran-Nya dalam Alkitab, THE ONE AND ONLY TRUTH OF EVERYTHING. Justru segala sesuatu harus kembali kepada Firman Tuhan dalam Alkitab sebagai satu-satunya dasar, selera dan motivasi serta komitmen bagi gereja dan jemaat Tuhan menikmati perdamaian dan kesatuan sejati di dalam Tuhan. Oleh karena itu, doktrin menjadi penting dalam gereja dan jemaat Tuhan. Belajar diproses sungguh-sungguh untuk memuliakan Tuhan di zaman tempat kita berdiri hari ini. Saya sangat tersentuh saat membaca biografi dari Leonard Berstein, salah seorang konduktor terbaik abad 21 dari New York Philaharmonic Orchestra. Saat dia kecil, keluarga tidak mampu belikan piano tetapi dia mempelajari piano bukan di atas instrumen piano tetapi belajar piano dalam “soul”. Ia bertekad mau jadi musician yang terbaik, meskipun orang tua tidak setuju dengan tekadnya. Saat dia sudah tua dan menjadi legenda konduktor dalam sejarah musik klasik di Amerika Serikat, sebuah pertanyaan masuk “ bagaimana kita dapat jadi konduktor yang sejati?”.Dengan mata yang tajam, kerutan dahi dan pipi yang reflek bergerak tegang, Ia menjawab dengan serius “he must be a good musician … he must know every note in a piece of music … if he didn’t …he should not conduct it”. Jawaban Berstein membuat saya merefleksikan diri saya sendiri. Mau jadi konduktor sejati harus jadi musikus yang benar dulu! Kalau mau jadi kristen yang benar, harus kenal Allah dan Kebenaran yang benar dulu … every note!!, seperti apa yang Berstein tekankan. Doaku, kita bersama gereja Tuhan dan jemaat Tuhan dapat belajar mengenal Allah dan kebenaran-Nya dengan benar … every note! , Mari kita belajar memuliakan Tuhan menurut apa yang diperkenan oleh Tuhan, bukan selera manusia. Solideo Gloria.

Dalam Kristus
Daniel Santoso
Beijing, China

Understand The Times 2

THE DANGEROUS OF EMERGING MOVEMENT

Bagaimana Postmodernisme telah mempengaruhi gereja di abad 21? Salah satunya yaitu EMERGING CHURCH.

Emerging Church adalah Gerakan kristen abad 20-21 yang mengajak gereja dan jemaat di abad ini menghidupi iman mereka di dalam masyarakat postmodern. Gerakan ini muncul akibat ketidakpuasan mereka terhadap organized church dan institutional chuch yang dianggapnya terlalu konservatif sehingga mereka melakukan dekonstruksi terhadap konsep ibadah kristen, konsep penginjilan dan natur komunitas kristen yang modern..

1. Gereja dipanggil untuk menjalankan “Kovenan” Allah-Manusia yang didasarkan atas kedaulatan Allah, Otoritas Allah dan kehendak Allah sebagai the absolute point of Truth. Disini Allah tidak membutuhkan persetujuan dari dua pihak karena adanya perbedaan kualitatif antara Allah dengan manusia. Dalam hal ini Kovenan harus dibedakan dengan Kontrak. Bagaimana dengan emerging church? Emerging Church tidak menjalankan Kovenan secara directly, justru mereka menekankan komunikasi manusia dengan Allah baik melalui conversation, opinion, discussion dengan culture of dialoque yaitu come one, tell us your own stories! Pengaruh freedom of speech/expression menghantar mereka untuk menikmati sebuah standar yang relatif dalam menikmati Tuhan. Sebenarnya, apa salahnya sih? Toh mereka bukannya merusak hubungan manusia dengan Allah? Toh mereka kelihatannya sangat kristen dengan doa-doa mereka, penginjilan mereka, ribuan jemaat dalam gereja, ribuan orang maju saat altar call menangisi dosa. Apanya yang salah? Sekali lagi, gereja dipanggil untuk menjalankan Kovenan Allah. Gereja bukan didesign oleh Allah untuk melakukan hal-hal yang dikerjakan oleh emerging church. Justru, gereja didesign untuk melakukan kehendak Tuhan, sesuai kedaulatan Allah, dalam Kovenan-Nya.


2. Emerging Church membawa masuk konsep “Postmodern Diversity” ke dalam gereja. Alasan mereka adalah dunia berubah secara radikal maka gereja harus berubah secara radikal juga. Itulah keep reforming, katanya. Bagaimana saudara membaca pemikiran ini? Emerging Church mengajak gereja harus berubah di saat dunia telah berubah dengan radikal, ini bukan ajaran Alkitab! Alkitab justru mengajarkan bagaimana gereja harus tampil beda, berbeda dengan dunia. Justru, Gereja adalah representative Allah dalam dunia ini, bukan budak dari dunia. Mereka banyak membicarakan mengenai bagaimana menjangkau jiwa sebanyak-banyaknya untuk Kristus tetapi mereka lupa bahwa the absolute truth justru menekankan iman adalah dasar dari perbuatan dan pengalaman (Ibrani 11:1, Efesus 2:8, Matius 21:21) maka pengajaran itu penting dan harus diutamakan oleh gereja. Disini Postmodernisme menawarkan “new perspectives” kepada emerging church untuk mempengaruhi gereja dan jemaat Tuhan agar mereka dapat menjadi gereja yang “down to earth” dan modern mengikuti perkembangan zaman. Pertanyaannya sekali lagi, gereja dipengaruhi oleh dunia atau dunia justru seharusnya dipengaruhi oleh gereja? Iman kristen yang sejati justru kembali kepada directly relating to God’s Word bahwa faith comes by hearing maka bagaimana setiap orang kristen membaca zamannya dengan SEE, FEEL, ACT. Dalam khotbah Pdt. Dr. Stephen Tong, Ia mengambarkan saat Rasul Paulus masuk ke Efesus, ia melihat berhala-hala Efesus, ia menaruh belas kasihan kepada mereka yang belum dengar Injil dan ia beraksi dengan berkhotbah di depan mereka yang belum percaya Injil. Maksud saya mengutip hal ini, Dunia memerlukan Injil, bukan Injil perlu dunia. Inilah keterbalikan logika yang selalu dianggap boleh terbalik, boleh tidak terbalik. Itu bukan ajaran Alkitab! Justru kita harus belajar teologi baik-baik agar kita mengikut Tuhan dengan benar, bukan terbalik.

3. Emerging Church memberikan pelayanan yang terbaik bagi jemaat Tuhan. Pelayanan yang “seeker friendly” dengan memberikan pelayanan kepada jemaat sesuai dengan trend jaman, ini jelas market oriented. Kegiatan gereja tersebut lebih banyak menekankan ibadah yang penuh gairah mengaktifkan panca indera manusia untuk merasakan, menikmati, menyentuh hati daripada mendengar Firman Tuhan yang benar. Demi kenyamanan jemaat, gereja tersebut rela melakukan gaya marketing sekular hanya untuk menjangkau jiwa lebih banyak. Apakah kita punya hak untuk melakukan hal seperti itu? Sebagai seorang hamba Tuhan, saya percaya bahwa gereja harus memberitakan kebenaran dengan jujur yaitu memuliakan nama Tuhan dan menikmati Tuhan. Itulah semangat God centered. Emerging Church jelas bertolak belakang, mereka lebih menekankan “congregation-oriented” dan “market-oriented” yang dapat disimpulkan sebagai “man-centered”. Inilah semangat yang dikerjakan oleh Rick Warren, penulis best seller “The Purpose Driven Life” dari Saddleback Church. Pertama, Ia mengemas berita kekristenan sangat sekular sampai hampir tidak bisa dibedakan ini sebenarnya buku teologia atau sekadar buku pengembangan diri sehingga “cover” menjadi penting daripada “content”. Problemanya adalah kita sedang beli “cover” atau “content”? bukankah seringkali kita terjebak di dalam problema ini? Jika saudara melihat fenomena industri fake brands di China bener-benar luar biasa. Louis Vuitton dan Gucci sempat kuatir terhadap omset penjualan produk mereka dan melaporkan kepada kepolisian untuk melakukan sweeping terhadap pengedar fake brands. Herannya, industri mereka tidak pernah mati, malah berkembang sampai seantero jagat. Kenapa penjualan mereka begitu “hidup”? Cover mereka bagus, meskipun content poor quality. Kedua, Ia menggunakan bahasa seduktif yang sangat “down to earth” tetapi tidak akurat sesuai aslinya.Sebagai contoh, Rick Warren suka mengutip “The Message” dari Eugene Peterson. Warren mengutip Yohanes 3:17 dari Peterson: “God didn't go to all the trouble of sending his Son merely to point an accusing finger, telling the world how bad it was. He came to help, to put the world right again.” Jika kita melihat dari bahasa Yunani, kutipan bahasa Inggris yang paling akurat adalah NASB. "For God did not send the Son into the world to judge the world, but that the world might be saved through Him. “Saved” berbeda dengan “Help”. Kenapa Warren memilih terjemahan Eugene Peterson? Terjemahan Peterson lebih lunak, universal bagi kristen maupun non-kristen padahal terjadi “lack of meaning” dalam pengertian “saved-menyelamatkan” dengan “help-membantu, menolong”. Kebenaran Alkitab adalah menyelamatkan, bukan membantu atau menolong.

Kiranya Tuhan memberkati kita, berbalik untuk kembali kepada satu-satunya standar sejati yaitu di dalam Kristus.

by His grace
Daniel Santoso
Guangzhou, China

Understand The Times 1

THE NEED OF THE CHURCH DISCIPLINE

Panggilan Gereja Reformed Injili Indonesia bukan hanya untuk memberitakan Injil maupun mengajarkan doktrin Reformed Injili, tetapi menjalankan disiplin gereja baik dalam doktrin/pengajaran maupun dalam aplikasi hidup sesuai dengan Firman Tuhan. Panggilan tersebut sangat signifikan karena banyak gereja maupun orang kristen telah memasukkan konsep kafir ke dalam doktrin/ pengajaran maupun aplikasi hidup jemaat Tuhan, baik sadar maupun tidak sadar. Dalam hal ini, panggilan Gereja Reformed Injili Indonesia adalah mengajak setiap gereja dan jemaat Tuhan mengadopsi prinsip kekristenan yang benar. Hari ini kita belajar mengenai beberapa poin yang kita dapat pelajari dalam prinsip kekristenan dalam disiplin gereja adalah:

a. Tidak ada jalan pintas dalam mengenal Allah dan Kebenaran-Nya, kita harus kembali setia kepada Alkitab sebagai satu-satunya standar Allah . Konsep kesetiaan harus bermula dari akarnya, bukan buahnya. Jika akarnya tidak setia maka buahnya pun hasil dari ketidaksetiaan. Seorang pemuda mengatakan kepada saya, bolehkan saya menginjili orang lain dengan akar teologi sukses dan mengharapkan mereka dapat menerima teologi penderitaan Kristus. Saya mengatakan, kebenaran itu tunggal, tidak ada double standard, maka mengenal Allah dan kebenaran-Nya harus kembali kepada akar yang sakral dan kebenaran yang sakral pula. .

b. Jemaat Tuhan harus mau rela mendengar dan taat kepada Allah. Hari ini banyak jemaat Tuhan melayani Tuhan tetapi semuanya itu belum menjamin ia pasti mau dengar dan taat kepada Allah. Keterlibatan jemaat dengan Allah menjadi poin penting karena keterlibatan itulah yang membuat setiap kita dapat menikmati apa yang kita dengar dan kita responi dengan taat menjalankan perintah Allah.

c. Keterlibatan Tuhan-jemaat-Nya mengarahkan kita untuk mengikuti jalur Tuhan, yaitu Firman Tuhan adalah Allah dan Kebenaran yang menjadi patokan dalam konsep nilai manusia dalam menilai segala sesuatu. Hari ini banyak gereja justru mengambil patokan bukan ikut jalur Tuhan tetapi mengikuti jalur kerelatifan dalam pengalaman manusia maupun nubuat. Dunia semakin memberanikan diri untuk membungkam mulut orang kristen agar tidak berani mengambil patokan yang jelas dalam mendidik gereja dan jemaat Tuhan untuk menjaga kekudusan dalam Firman dan pelayanan. Ironisnya, orang kristen sendiri tidak kritis terhadap dirinya sendiri sehingga banyak konsep-konsep kepalsuan religius yang sudah mencuci otak konsep mereka tentang apa itu kekristenan.

Hari ini, Era Postmodernisme telah merusak dunia termasuk kehidupan jemaat dan gereja Tuhan dengan semangat:

a. Relativisme. Tidak ada kebenaran absolut. Tidak ada kebenaran yang sejati. Semuanya adalah kebenaran. Meskipun berbeda-beda tetapi itu adalah kebenaran. Perbedaan itu hanyalah karena perbedaan perspektif/ cara pandang kita melihat saja. Siapakah yang berhak menentukan kebenaran adalah benar? Lyotard mengatakan biarkanlah komunitas yang menentukan kebenaran. Dalam hal ini Lyotard memberikan ruang lebar bagi manusia untuk bebas menentukan kebenaran itu benar atau tidak benar sesuai dengan perspektifnya masing-masing. Bukankah ini ide win-win solution yang tidak realistis dan konyol? Gereja mempermainkan dan dipermainkan oleh kebenaran. Jemaat juga mempermainkan dan dipermainkan oleh kebenaran dan semuanya itu benar?

b. menekankan freedom yang pluralis – multi form. Apakah saudara masih ingat kontroversi karikatur gambar Muhammad yang diterbitkan oleh surat kabar terkemuka di Denmark, Jyllands-Posten sehingga dunia islam marah besar bagai kebakaran jenggot. Menurut saudara, kenapa surat kabar tersebut berani menerbitkan karikatur gambar Muhammad padahal mereka tahu tindakan mereka begitu berbahaya bagi kaum extremis islam? Pesan mereka adalah self-censored dan freedom of speech/expression dari imajinasi mereka mengenai Muhammad. Meskipun mereka meminta maaf kepada dunia islam, mereka tidak sudi menarik karya karikatur kontroversial tersebut karena itulah kebebasan yang harus dihormati oleh siapapun, termasuk dunia islam. Jika mereka menggunakan freedom of speech/ expression dengan benar maka semua orang sehati menghormati freedom of speech mereka. Jika mereka menyalahgunakan freedom of speech/expression mereka hanya untuk “having fun”, secara tidak langsung, mereka telah mempermainkan freedom of speech mereka sendiri. Ada gereja yang memberikan “fenomenal religius” yang meresahkan masyarakat dengan penginjilan terhadap arwah orang mati, bagaimana kita menanggapinya? Tahukah kita bahwa itu tidak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan? Seringkali kita telah melihat kepalsuan religius ada disekeliling kita tapi mulut kita dibungkamkan oleh freedom of speech/ expression kafir. Ahmadiyah dianggap palsu oleh orang Islam, justru orang Islam mati-matian menyerang Ahmadiyah karena mereka telah murtad dari kebenaran islami. Jadi respon mana yang benar? Diam atau fight?

c. gol utama mareka adalah mencapai perdamaian dalam dunia ini, oleh karena itu mereka rela membuang sejarah sebagai akar, menekankan keunikan aestetic dalam freedom of speech/expression tanpa mempedulikan etika dalam sejarah manusia. Contoh, Oikumene adalah gerakan yang merangkul berbagai macam denominasi gereja-gereja agar saling hormat menghormati dan meniadakan perbincangan teologis yang mereka anggap error”. Bagaimana bisa damai jika kebenaran Tuhan diterima oleh gereja-gereja dengan berita yang berbeda-beda? Charles Spurgeon mengatakan justru perdamaian dan persatuan dapat terealisasikan dengan baik apabila semua oknum kembali kepada satu-satunya kebenaran. Oleh karena itu, dapatkah dunia mencapai perdamaian? Jika tidak kembali kepada Allah sebagai kebenaran absolut maka tidak mungkin ada perdamaian dalam dunia ini.

d. Sosial totalitas, rakyat jadi boss maka pemerintahan harus melayani rakyat. Menurut saya, panggilan gereja adalah bagaimana mendidik jemaat tuk kembali konsentrik terhadap Firman Allah. Sebagai contoh: Kalau dahulu pendidikan sekolah, murid harus takut kepada Kebenaran, Sekarang justru kebalikannya, guru takut murid karena guru dapat disue oleh orang tua murid karena melakukan tindakan penyiksaan terhadap anak mereka. Guru punya kuasa atau murid punya kuasa lebih besar? Inilah keterbalikan logika dalam sosial totalitas.

e. Banyak mereka lebih mendeklarasikan persamaan daripada perbedaan sehingga mereka melakukan “revisi ulang”/istilah dari Jacques Derrida “re-reading” disesuaikan dengan konteks lokal. Misalnya: Saya mendengar kabar dari seorang dosen Perjanjian Lama di seminari bahwa LAI pernah mengalami kesulitan dalam menerjemahkan Yesus Anak Domba Allah ke dalam bahasa Papua. Kenapa demikian? Problem lokal Papua adalah mereka belum pernah melihat binatang domba sehingga mereka berniat mengganti domba menjadi babi, karena banyak babi di Papua. Benarkah hal tersebut? Tidak. Jadi Jelas, ini bertentangan dengan isi Firman Tuhan. Menurut penulis, mereka justru harus dididik mengenai domba, bukan mengexcuse diri dan mengubah kata domba jadi babi. Itu tindakan terlalu pragmatis dan tidak bertanggungjawab. Justru kita harus jujur mengatakan definisi yang sesungguhnya yaitu mendidik gereja dan jemaat tuk setia di dalam Kebenaran Alkitab sebagai satu-satunya kebenaran yang mutlak yang menjadi kunci kebenaran dan perdamaian yang sejati.

By His Grace
Daniel Santoso
Guangzhou, China

Kamis, 27 November 2008

Sola Scriptura & Ibadah

Beberapa tahun ini saya sedang menggumuli sebuah pertanyaan, apa arti sebuah ibadah dalam konteks gerejawi? apakah ibadah hanya sekadar digambarkan seperti memberi sebuah pujian kepada Tuhan, memberikan yang terbaik, yang harum, yang sejati di hadapan tahta Allah? Apakah benar saya telah memberikan yang terbaik, yang harum, yang sejati di hadapan Allah? Rasanya saya ingin meneteskan airmata pertanda sampai hari ini saya belum dapat memberikan yang paling terbaik, yang paling harum, yang paling sejati di hadapan Allah. selama ini saya hanya bisa memberikan apa yang ada pada saya, memberikan “rempah-rempah pelayanan” yang bukan kualitas surgawi, bukan juga memberikan pelayanan yang paling “sejati” seperti kesejatian Tuhan. Jika demikian, mengapa Tuhan masih mempercayakan saya untuk melayani Tuhan? beribadah di hadapan Tuhan?

Saya sangat diberkati Tuhan saat saya membaca artikel dari John Macarthur “The critical element of true worship” yang membahas Roma 11:1-2, Macarthur memberikan penjelasan bahwa seringkali ibadah hanya dicomment dengan eksistensi musik sehingga definisi worship cenderung “fragmented” dan sempit. secara logika, apakah musik memproduksi ibadah? atau ibadah yang sebenarnya memproduksi musik?

Seringkali logika kita telah salah menempatkan musik dan ibadah di dalam satu definisi yang sama. meskipun musik sangat berhubungan dengan ibadah, tetapi musik hanyalah bagian dari worship. sedangkan worship menjadi essensial di dalam totalitasnya. Apa yang bisa kita pelajari dari Roma 12:1-2?

Pertama, ibadah harus memiliki connecting dengan His mercies. Bagi Macarthur, inilah pure of worship (Roma 11:33-36). kita dapat beribadah kepada Tuhan, melayani Tuhan, memuji nama Tuhan karena belas kasihan Allah dinyatakan kepada kita. saya percaya poin pertama sangat berkesan di dalam kehidupan seorang reformator, Martin Luther. Semakin dia belajar teologi di seminari, melayani jemaat Tuhan di gereja dan masyarakat, Luther semakin menemukan dirinya yang lemah dan berdosa. Tebakan saya adalah tempat yang paling banyak ia singgahi di masa mudanya adalah confession room. Luther menyadari bahwa dirinya berdosa, ia menyadari dirinya dapat beribadah kepada Tuhan, melayani Tuhan karena ada belas kasihan Tuhan yang dinyatakan didalam hidupnya. Rasul Paulus hendak memperingatkan agar kita sebagai pembaca menyadari bahwa semua hanya karena belas kasihan Allah maka no room for pride! sadarilah limitasi diri dan bergantung pada belas kasihan Allah.

Kedua, ibadah memiliki mandatnya sendiri. ada aturan, cara dan ketentuannya sendiri yaitu harus biblical. saya percaya panggilan hidup setiap orang kristen adalah menjalani hidup seturut dengan cara Tuhan yang tercantum di dalam Alkitab, bukan pakai metode manusia yang spekulatif. sebagai contoh, pertama kali saya beli mp3 player dan saya sedang mencoba mendengar lagu dari mp3 player itu. hasilnya nihil. saya pikir mp3 player itu rusak. herannya, saat saya bawa kembali ke toko jual mp3 player tersebut. dia bilang tidak rusak. saya gak dapat mendengarkan mp3 karena saya pilih tombol “hold” sehingga “locked”. penjualnya mengatakan caranya ada tertulis di manual booknya! dari contoh ini, kita seringkali memakai cara sendiri untuk beribadah kepada Tuhan sehingga saat kita tidak enjoy dalam ibadah, justru kita menyalahkan Tuhan. Kita sudah memiliki manual book “Alkitab” dan kita perlu bantuan roh kudus untuk memahami aturan2 apa yang terkandung di dalam Alkitab.

Ketiga, ibadah adalah totalitas hidup manusia. heart understanding- serahkan semuanya kepada Tuhan dan mengasihi setiap belas kasihan Tuhan. Oswald Chamber memberikan new insight kepada saya sebagai pembaca di dalam artikelnya “Pertanyaan yang menusuk hati”. Chamber mengutip Yohanes 21:15-18 … Simon Petrus, Apakah engkau mengasihi Aku? sebuah pertanyaan yang menusuk hati Petrus. Petrus begitu mengasihi Yesus sampai matipun dia rela – kelihatannya hebat banget tetapi respon tersebut hanyalah sebuah respon alamiah seperti orang-orang (kasih emosional belaka). respon Petrus begitu menyentuh emosi dan menyentuh kedalaman diri secara lahiriah tetapi tidak menyentuh roh. Firman Tuhan selalu bikin kita gelisah, tersiksa, kesakitan karena Tuhan hendak mencabut “peluru dosa” yang ada di dalam tubuh kita dan membebaskan kita dari side effect “peluru dosa” tersebut. Bagaimana dengan Iblis? justru iblis tidak akan menyakiti kita … dia akan memberikan service yang kita sukai karena iblis tahu selera keberdosaan kita ... dia dapat mewujudkan semua yang kita minta karena semua sesuai selera Iblis juga. Tiga kali Yesus berkata “Apakah engkau mengasihi Aku?”. Petrus sadar bahwa Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu … kau tahu aku hanya bisa berespon secara alamiah. Tuhan berkata “ Peliharalah domba-dombaku”. Jawaban yesus sesuai dengan hukum paling utama di dalam Taurat yaitu kasihilah Tuhan Allahmu dan kasihilah sesamamu manusia … itulah ibadah yang diperkenan Tuhan, sesuai dengan Alkitab (Matius 22: 33-40).


Keempat, ibadah memiliki mindset yang dibagi menjadi dua yaitu negatif dan positif. mindset bersifat negatif yaitu jangan sama dengan dunia ini (Roma 12:1). mindset bersifat positif yaitu being transformed (Roma 12:2). banyak kita berdebat mengenai musik sehingga kita tidak melihat mindset kita sudah betul atau belum, sudah berbeda dengan dunia atau sama dengan dunia ini. Jangan membuang waktu berdebat soal musik dulu tapi mindset kita sudah berbeda dengan dunia belum? sudah dibongkar oleh Firman atau belum? udah ditransformasi atau belum? Dalam hal ini, mindset kita harus total abundat dulu, total renovasion your mindset, bukan emosi. emosi harus dikendalikan dibawah mindset! jangan emosi merajai mindset! jika emosi jadi raja dari mindset maka positioning pasti bergeser alias kacau! justru kita harus kembali kepada mind of Christ (1 Korintus 2:16) yaitu learn from the Bible. oleh karena ibadah tidak bisa dilepaskan dari Sola Scriptura, back to Scripture alone.

Terima Kasih Tuhan ….atas pertolongan-Mu

Daniel Santoso
Beijing, China
http://www.danielsantoso.blogspot.com