Kamis, 25 Februari 2010

Who is Jesus Christ?

Yesus Kristus, Sebuah nama kontroversial yang tiada henti menarik perhatian dunia dari 2000 tahun yang lalu hingga abad 21. Banyak tokoh pemikir sampai kawula muda memiliki komentarnya masing-masing mengenai siapakah Yesus Kristus. Sayangnya, banyak komentar-komentar mereka gagal menemukan identitas yang akurat mengenai pribadi Yesus Kristus karena mereka gagal melihat Alkitab sebagai Kitab Suci yang absolut dan benar. Jika kita hendak menemukan kebenaran tentang siapakah Yesus Kristus, satu-satunya jalan adalah kita harus membaca Alkitab, wahyu Allah bagi kita. Apa yang Alkitab katakan mengenai Diri-Nya?

1. Yesus adalah Allah yang menjelma menjadi manusia
Selama Yesus Kristus hidup dalam dunia, tidak sedikit orang mempertanyakan keberadaan diri-Nya. Yesus berkata, “Aku dan Bapa adalah satu” (Yohanes 10:33). Yesus memberikan klaim bahwa kualitas Bapa dan diri-Nya adalah satu, yaitu Allah. Pengertian satu kualitas ini dapat kita pahami melalui perkataan Yesus Kristus : “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” (Yohanes 8:58). Yesus bukanlah manusia yang bergumul menuju kepada Allah; tetapi sebaliknya Ia adalah Allah yang sudah datang kepada manusia (Yohanes 1:1; 1:14). Jika Yesus Kristus bukan Allah yang menjelma menjadi manusia, tidak mungkin ada pendamaian untuk segala dosa manusia, tetapi ada tertulis: “Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.” (1 Yohanes 2:2).

2. Yesus Kristus adalah Kudus dan Tidak Berdosa.
Sebagaimana Allah itu kudus (Yesaya 6:3) dan tidak dapat dicobai oleh yang jahat (Yakobus 1:13), Yesus memiliki kepenuhan keallahan (Kolose 2:9), tidak berbuat dosa (Ibrani 4:15), tiada musuh yang dapat menemukan dosa dalam hidup-Nya (Yohanes 8:46) dan Ia mengajak setiap manusia untuk hidup kudus sebagaimana Allah adalah kudus (1 Petrus 1:16). Pendamaian Allah untuk dosa manusia tidak bisa diwakili oleh manusia yang telah jatuh ke dalam dosa. Hanya Yesus Kristus adalah yang kekal, yang satu-satunya, yang adalah Allah, menjelma menjadi manusia; Dia sekaligus Allah dan manusia, Pengantara satu-satunya antara Allah dan manusia (1 Timotius 2:5).

3. Yesus Kristus adalah Juruselamat Dunia
Dalam Penciptaan, manusia dicipta menurut gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:26). Manusia jatuh ke dalam dosa karena adanya keinginan manusia untuk mau menjadi seperti Allah serta menuruti hasutan Iblis (Kejadian 3). Sejak kejatuhan manusia ke dalam dosa, semua manusia telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23). Di dalam kekudusan Allah dan keadilan Allah, ditegaskan bahwa upah dosa adalah maut (Yehezkiel 18:4). Siapakah pribadi yang dapat menyelamatkan manusia? Hanya Yesus Kristus sebagai satu-satunya pribadi yang dapat mengampuni dosa manusia dan memperbaharui hidup kita (Kisah Para Rasul 4:12) di dalam kasih-Nya (Yohanes 3:16). Oleh karena kasih-Nya, Ia rela mati di atas kayu salib untuk menebus dosa manusia. Sungguh, Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia (Titus 2:13). Mungkin saudara bertanya, apakah hanya Yesus yang dapat menyelamatkan manusia? Yesus sendiri menjawabnya di dalam Alkitab : “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”. (Yohanes 4:16). Mungkin saudara membaca tulisan ini dan bertanya, bagaimanakah aku dapat datang kepada Yesus? Semua itu haruslah dimulai dari pertobatan saudara kepada-Nya. Pertobatan bukanlah meminta maaf kepada Allah saja tetapi menyadari keberdosaan saudara, mengakui dosa-dosa kita di hadapan Allah, mau berbalik kepada Allah dan hidup di dalam kebenaran-Nya. Tanpa pertobatan yang rela membongkar diri, tidak ada pengampunan dosa. Darah Yesus Kristus membasuh orang percaya dan mengampuni orang berdosa dan membawa mereka kembali kepada Allah yang mengasihi dunia ini. (Yohanes3:16)

4. Yesus Kristus adalah Hakim yang adil.
Setelah Yesus mati di atas kayu salib, Ia bangkit dari kematian dan naik ke Surga. Ia berjanji akan datang kembali untuk menghakimi dunia dan menggenapkan keselamatan umat-Nya. Baik manusia dan malaikat, yang hidup dan yang mati, akan tampil di hadapan-Nya untuk dihakimi menurut catatan yang dimiliki-Nya tentang mereka (Matius 24:30,31:25:31,32). Kedatangan-Nya itu akan bersamaan dengan penghakiman yang mengerikan atas orang-orang jahat, tetapi juga bersamaan dengan berkat dan kemuliaan kekal bagi orang percaya (Matius 25:33-46). Kendatipun Ia akan menghakimi orang-orang jahat dengan hukuman kekal, Ia juga akan membenarkan umat milik-Nya dan membawa mereka kepada kesempurnaan sukacita dalam kerajaan-Nya yang kekal. Allah itu adil, demikian Yesus Kristus. Ia tidak dapat disuap oleh siapapun. Inilah kesempurnaan kemenangan Kristus. Sudahkah kau siap, kawan?

Siapakah Kristus bagimu? Apa hubungannya dengan dirimu? Jikalau Dia mengatakan : “Akulah Jalan, dan Kebenaran dan Hidup”, sebuah perkataan yang tidak boleh dan tidak akan pernah dapat dikatakan oleh siapapun juga, mengapa Anda tidak mencoba mengenal-Nya dan menerima kebahagiaan sejati yang berasal dari pada-Nya?

Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin, maupun hari ini dan sampai selama-lamanya. (Ibrani 13:8).

Dalam Kasih-Nya
Ev. Daniel Santoso
Beijing, China

Sumber: Traktat GRII Taiwan

Selasa, 16 Februari 2010

The Pluralist

Tgl 30 Desember 2009, Gus Dur menghembuskan nafas terakhir. Banyak orang merasa telah kehilangan teladan penting seorang negarawan, intelektual, agamawan dalam sejarah reformasi bangsa Indonesia, Tapi rupanya tidak sedikit sebagian orang yang menyumpahinya untuk masuk ke neraka akibat pemikiran “liberal” yang mengusik sebagian kaum muslim ekstrimist sehingga kehadiran musuh-musuh politiknya maupun sebagian muslim extremist menjadi gangguan yang tidak dapat dihindari oleh Gus Dur.. Well, memang tidak mudah menjadi seorang Gus Dur. Menurut Dr. Johan Effendi, salah seorang teman baik Gus Dur mengatakan bahwa Gus Dur adalah seorang visioner yang telah melihat terlalu jauh ke depan untuk memperjuangkan visi yang harus ia kerjakan untuk bangsa Indonesia dan seluruh dunia, sehingga banyak orang ketinggalan jauh untuk mengerti visi dan perjuangannya. Saya langsung teringat apa yang pernah diserukan oleh pendeta senior saya, Dr. Stephen Tong yang mengutip Dr. Sun Yat Sen: Ada tiga macam manusia di dalam dunia ini, Pertama, Tipe orang yang mengetahui terlebih dahulu apa yang akan terjadi dan biasanya orang demikian bakal dianggap seperti orang gila. Kedua, Tipe orang yang memiliki kesadaran tetapi sayangnya terlambat. Menurut Sun Yat Sen, at least, mereka masih memiliki kesadaran sehingga mereka dapat memiliki kesempatan untuk memperbaiki setiap kesalahannya. Ketiga, Tipe orang yang sudah tidak punya kesadaran alias tidak tahu apa-apa (tertidur). Jika perkataan Dr. Johan Effendi benar soal Gus Dur sebagai seorang visioner, maka Gus Dur tidak mungkin hidup “tenang” dalam hidupnya karena banyak orang belum dapat mengerti apa yang dipikirkan oleh Gus Dur alias mereka terlalu lamban untuk dapat mengerti visi beliau.

Meski demikian, tiada hentinya, Gus Dur tetap berjuang meneriakkan konsep kesetaraan manusia, demokrasi dan pembelaan hak-hak asasi manusia dalam pergumulan kancah politik bangsa Indonesia. Ia membela hak-hak asasi kaum minoritas dalam beberapa kasus seperti diskriminasi terhadap kaum Tionghoa, pembakaran tempat ibadah/gereja, kebebasan beragama minoritas maupun tuduhan kristenisasi gereja terhadap komunitas muslim (khususnya). Gus Dur memperjuangkan suara minoritas dan Gus Dur malah dianggap kyai murtad nan kafir. Meskipun Gus Dur adalah Muslim, tetapi baginya kemajemukan adalah pemberian Ilahi dari Sang Pencipta. Ia menerima kemajemukan bangsa Indonesia di dalam etika dignitas (ethic of dignity), bukan etika kebutuhan (ethic of interest). Siapapun mereka, mereka adalah bagian dari bangsa Indonesia, oleh karena itu kita harus menikmati perbedaan tersebut dengan kembali kepada dasar negara bangsa Indonesia yaitu Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Prof. Dawam Rahadjo memberikan penjelasan bahwa dalam UUD 1945, Hak Asasi Manusia (termasuk hak beragama dan pindah agama) adalah hak sipil warga negara. Pemikiran Gus Dur hanya dapat dipahami di dalam pengertian process yang progresif. Tidak sedikit, organisasi maupun lembaga agama, kebudayaan dan hak asasi manusia memberikan penghargaan kepada beliau atas konsep perjuangan pluralisme yang Gus Dur terus kerjakan sampai akhir hayatnya. Toleransi adalah kuncinya.

Meski Gus Dur adalah seorang pluralis, ia berani memberikan kritikan kepada individu, partai, pemerintah yang telah melangkah jauh dari batasnya. Misalnya, Ketika Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengatakan bahwa Holocaust is a myth. Gus Dur terang-terangan menentang statement diatas karena Ahmadinejad telah berbohong dang mengingkari apa yang pernah terjadi di dalam sejarah dunia. Gus Dur memberikan komentar soal hubungan diplomatik Indonesia-Israel, Kalo China, negara komunis yang atheis dapat menjalin hubungan diplomatik dengan Indonesia, kenapa Israel tidak boleh?

Dalam National Prayer Conference 2003, Gus Dur mengajak kaum minoritas (kristen) untuk tidak menganggap kaum extremist sebagai musuh, mereka adalah orang yang harus dididik kembali karena mereka berani berbuat kekerasan karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Satu kata buat Gus Dur! Luar biasa! Inilah tokoh pluralis yang menjalankan definisi pluralis dalam hidup bernegara yaitu menghormati rasa hormat dan toleransi satu sama lain, berinteraksi tanpa konflik atau asimilasi, memperjuangkan hak asasi manusia (kebebasan beragama).

Mengutip Dr. Stephen Tong, kebebasan umat beragama bukanlah diberikan oleh pemerintah, melainkan Anugerah Tuhan untuk semua umat manusia. Dalam buku “Iman, Penderitaan dan Hak Asasi Manusia”, Dr. Stephen Tong mengatakan bahwa Tuhan menghormati hak asasi manusia, bahkan Ia terkadang menghargai hak asasi manusia untuk melawan Tuhan. Manusia diberikan hak kebebasan oleh Tuhan termasuk kemungkinan untuk melawan Tuhan. Itu adalah hak yang diberikan oleh Tuhan … disini kita dapat melihat bahwa Tuhan bukan diktator, dan Ia tidak menindas semua yang melawan-Nya. Tetapi waktu kita memakai hak asasi manusia untuk melawan Tuhan, maka itu berarti kita sedang membunuh hak asasi kita sendiri, karena hak asasi kita hanya dapat terjamin di dalam tangan Tuhan saja.

Selamat berjuang
Daniel Santoso
Beijing, China