Selasa, 20 November 2007

Love or Hatred ?

Dalam perjalanan kembali dari guangzhou – hongkong – taipei, saya dikagetkan dengan sebuah berita violence yang terjadi pada tanggal 7 November kemarin, Tragedi penembakan tujuh murid and satu guru oleh seorang anak berumur 18 tahun bernama Eric yang menganggap dirinya “ terrorist “. Kenapa Eric bisa melakukan hal ini ? Kebencian kepada teman2 dan guru menyebabkan dirinya mengambil keputusan sebagai “ school shouter “ dan akhirnya after bunuh mereka, Eric membunuh dirinya sendiri di kamar mandi. Jika saudara mengikuti perkembangan berita news akhir-akhir ini maka sebenarnya apa yang terjadi di Jokela High School hanyalah pengulangan tragedi virginia tech dimana choo seung hui melakukan penembakan terhadap tiga puluh orang karena alasan “ this is for my generations “.

Kebencian banyak telah mengambil tempat paling penting di dalam hidup manusia khususnya di dalam merusak relasi satu manusia dengan manusia yang lain. Sebenarnya apakah hidup manusia selalu menawarkan kebencian kepada manusia lainnya ? Jika kita lihat di dalam Alkitab, Matius 5:43-48 disitu justru Kasih menjadi poros paling penting di dalam kehidupan manusia yang sesungguhnya. Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu – inilah ajaran Yesus Kristus. Mungkin kita akan berkata “ lho kok aneh ? “. Frederich Nietzche memberikan penilaian bahwa ajaran Yesus itu ajaran pengecut karena musuh itu ada untuk dikalahkan bukan untuk dikasihi. Hanya orang “ sempel “ aja mengadopsi paradigma seperti itu. Nietzche mengatakan itu bahwa itulah hidup manusia, dipenuhi kebencian dan permusuhan , jadi teror-teror yang terjadi pada manusia itu adalah hal biasa saja. Tetapi justru Yesus membawa setiap kita untuk melihat kasih sebagai fokus hidup yang perlu kerelaan untuk “ radix “ dan “ kaku “ di dalam mengasihi musuh. Yesus justru mengajarkan setiap orang kristen untuk belajar mengampuni dari atas dasar kasih. Kedua, belajar melihat kebaikan orang lain ketimbang kejahatan orang lain terhadap kita. Meskipun terkesan “ injustice “ tetapi kita harus menilai segala sesuatu didalam cara pandang yang “ fair “ secara christianly baik di dalam theology maupun di dalam application. Ketiga, belajar bukan mengalahkan musuh sebagai goal tetapi justru musuh yang menjadi sahabat.Bagaimana saudara membaca hal ini ? mungkin saudara akan mengatakan bahwa kenapa Yesus kok mengajarkan prinsip-prinsip hidup yang “ aneh “ ? Jika kita membalas kebencian dengan kebencian maka kita sedang “ menularkan “ kebencian kepada orang lain. Tanpa sadar, kita sudah mengembangbiakkan “ evil to others “. Ini side effect ! Kedua, natur dari kebencian itu sendiri bersifat menyiksa dan menghancurkan. Bukti nyata hadir di dalam tragedi virginia tech maupun jokela high school di south finland. Ketiga, kasih memiliki power lebih besar atas kebencian. Sebagai penutup, sebelum menjadi presiden USA, Abraham Lincoln pernah dibenci oleh seorang rekan bernama Stanton tapi Lincoln hanya diam. After Lincoln jadi presiden USA, Lincoln justru mengangkat Stanton ( rekan yang benci Lincoln ) sebagai menteri penerangan. Banyak orang kaget dengan pemilihan calon menteri penerangan dari Lincoln, kenapa lincoln melakukan hal ini ? bukankah cari orang yang tepat adalah orang yang sesuai dengan selera kita ? Lincoln mengatakan bahwa saya memang tidak menyukai Stanton, tetapi demi negara saya harus pilih dia karena dialah yang terbaik. Ini contoh orang yang memiliki hati lapang dada yang besar. Disinilah kasih bekerja dan menang. Akhirnya Stanton menyadari bahwa Lincoln adalah instrumen kasih Allah yang hadir bagi dirinya. Adakah mental “ Lincoln “ di zaman ini ?


Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Taipei, Taiwan, ROC

Kamis, 30 Agustus 2007

I'm Lovin It ...

Suatu hari saya sedang duduk di McDonald Restaurant dekat Shin Kong Mitsukoshi Tower menikmati cheese burger “ uncle sam “, coca cola “ uncle sam “, chicken nugget “ uncle sam “ PLUS musik “ ABC “ dengan bintang iklan “ ABC “ serta souvenir meal “ hollywood “ dan icon “ superstar “. Semuanya membuat saya sangat menikmati “ standar “ fast food tipe uncle sam. I’m lovin it ! Di dalam kenikmatan saya menikmati meal tersebut, muncul kegundahan di dalam pikiran saya untuk merenungkan aksi glokalisasi maupun globalisasi dunia. Glokalisasi, sebuah penyesuaian produk global dengan karakter pasar ( lokal ). Tidak heran, McDonald dan Coca Cola Taiwan – Hongkong - China mengunakan Leehom Wang sebagai bintang iklan untuk mendekati pasar Taiwan – Hongkong – China. Sedangkan globalisasi, Menurut RP Boorong, jika kita melihat dari sejarahnya, akar munculnya globalisasi adalah revolusi elektronik yang melipatgandakan akselerasi komunikasi, transportasi, produksi dan informasi dan disintegrasi negara-negara komunis yang mengakhiri Perang Dingin memungkinkan kapitalisme Barat menjadi satu-satunya kekuatan yang memangku hegemoni global. Itu sebabnya di bidang ideologi perdagangan dan ekonomi. Secara sangat sederhana bisa dikatakan bahwa globalisasi terlihat ketika semua orang di dunia sudah memakai sepatu Nike, makan McDonald, minum Coca-Cola.

Di dalam dunia akademis, Sebuah buku berjudul “ The End of Ideology “, Daniel Bell memberikan analisa futurologis terhadap globalisasi di saat Sosialisme Marxis dan Liberalisme klasik mengalami keruntuhan total. Sosialisme Marxis yang memimpikan kesempurnaan harmoni sosial di dalam masyarakat tanpa kelas dan Liberalisme Klasik yang memimpikan sorga komersial kapitalisme merupakan dua ideologi besar Barat di abad 19 yang melalui perjalanan sejarah mengalami jalan buntu sehingga runtuh total dan memicu munculnya ideologi-ideologi baru di negara yang baru merdeka di Asia dan Afrika yang terlampau terbatas untuk dapat menarik minat khalayak pasca perang dunia ke 2 dan USA. Menurut Daniel Bell, hal tersebut terjadi karena orang Barat sudah kurang bisa menerima bentuk-bentuk ekstremis politik yang berbahaya dan lebih cenderung mengambil jalan tengah dalam “ welfare state “ menuju masyarakat yang lebih rasional dan tanpa kesusahan. Argumen diatas di satu sisi memberikan “ penghiburan “ kepada masyarakat yang mengalami trauma di dalam sepanjang perjalanan sejarah tersebut tetapi disisi yang lain justru tiada suara kepahlawan maupun kenabian muncul dari politik dan masyarakat sehingga Daniel Bell menanggapi pesimisnya masa depan globalisasi.

Setelah runtuhnya rezim-rezim komunis di Eropa Timur dan Uni Soviet pada tahun 1989 hingga 1990, Francis Fukuyama muncul di kancah “ futurologis “ meresponi runtuhnya rezim-rezim diatas bahwa dengan berakhirnya Marxisme dan Leninisme sebagai ideologi politik tidak menandai apapun kecuali “ titik akhir dari evolusi ideologis umat manusia “. Berbeda dengan Daniel Bell, Fukuyama justru menganggapnya sebagai kemenangan telak liberalisme politik dan ekonomi dan kejayaan Barat serta penyebaran budaya konsumer ke seluruh dunia tidak bisa dibendung dalam perkembangan logis maupun kekuatan pasar. Fukuyama mempercayai : Pertama, demokrasi kapitalis Barat merupakan bentuk final dari pemerintahan umat manusia. Kedua, Globalisasi pasar bebas merupakan proses yang tak dapat diubah. Ketiga, norma-norma dan nilai-nilai Anglo-Amerika akan sangat meneguhkan kerangka budaya dunia yang mengalami deideologisasi ini sehingga Fukuyama menyimpulkan posisi USA saat ini sebagai satu-satunya negara superpower telah menjadikan “ Amerikanisasi “ sebagai suatu kemestian yang menyertai globalisasi. Pertanyaannya adalah bukankah globalisasi adalah proses kultural yang bukan satu dimensi tetapi multi dimensi ? Apakah globalisasi bikin orang makin sama atau beda ? Jika bikin “ Amerikanisasi “ maka itu misi homogen “ Mcdonalization “ yang efisien, cepat dan predictable menjadi standardisasi gaya hidup di seluruh dunia, tetapi jangan berarti keragaman kultural ditakdirkan lenyap. Roland Robertson mengatakan justru keragaman harus kuat dalam interaksi globalisasi dengan lokal dengan “ meminjam budaya – cultural borrowing “. Kesimpulan dari globalisasi di atas menunjukkan sebuah fakta globalisasi yang tidak bisa dihindari, begitu juga jurang pemisah kaya – miskin karena kekayaan yang tidak terdistribusi secara adil sehingga berakibat terjadinya kemiskinan, pengangguran, kelemahan dalam kesehatan, kebodohan dalam pendidikan maupun rusaknya lingkungan hidup.

Bagaimana orang kristen meresponi hal-hal di atas ? Seringkali globalisasi menghalalkan segala cara untuk exist dengan mamonisme ( idolakan uang ), hedonisme ( mengumbar nafsu ), terrorisme ( mengunakan kekerasan ) dan cenderung meninggalkan Tahta Tuhan. Meskipun realita globalisasi gak bisa dipungkiri eksistensinya tetapi budaya-budaya dan kelas sosial umat manusia harus ditebus di dalam darah Kristus sebagai satu-satunya pemersatu “ kedamaian “ yang mengasihi Allah serta sesamanya dengan mempertahankan iman yang orthodoks seperti akar kuat dan aktif mengalahkan dosa “ spiritual “ maupun “ sekuler “ in one seperti badai. Itulah Syalom yang “ Transformatif “ – dimulai dari hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan sesama, pengetahuan yang benar tentang Tuhan dan pengetahuan yang benar tentang manusia. Meskipun dunia ini telah sepenuhnya rusak karena dosa tetapi kesadaran menghasilkan dorongan bukan “ escape “ tetapi menjadi pagar pelindung dari ancaman dosa. Tuhan memberkati.

In His Time
Ev. Daniel Santoso
Taipei, Taiwan

Selasa, 28 Agustus 2007

Standar Hidup Sejati

Semua manusia yang hidup pasti akan bertemu dengan akhir hidup. Apakah mereka siap melangkah menuju pintu akhir kehidupan dunia ? ada yang siap dan ada yang tidak siap. Kenapa demikian ? bukankah kehidupan manusia dipenuhi dengan “ folder-folder “ yang meaningless ? manusia telah bekerja keras tetapi mereka tidak mendapatkan sebuah kualitas hidup sejati tapi malah mati . Dalam Yesaya 65:17-25, kita dapat belajar melihat “ future - eskatos “ kualitas hidup di dalam kekekalan Allah.

Ayat 17, Di dalam Janji-Nya, Allah berfirman bahwa ia menciptakan “ New Heaven and New Earth “ yaitu “ The New Jerusalem “, dimana tiada lagi bunyi tangisan maupun suara erang pun tidak. Disini kita dapat mencerna di dalam konteks masa kini bahwa sesungguhnya janji Tuhan bukannya kita hidup lebih modern, lebih high technology dimana kita dapat menghasilkan sesuatu yang “kuantitatif” tetapi justru “ kualitatif “.Hidup penuh keharmonisan Allah, kasih Allah, kebenaran Allah dan rencana Allah.

Ayat 20, Kualitas hidup bagaimana yang sesuai standar Allah ? umur panjang ? kalo hanya umur panjang tetapi tersiksa ya sama aja. No enjoyment ! Jika umur panjang bersama dengan anugerah Tuhan, itulah hidup yang sesungguhnya. Orang yang menghidupi hidup yang sejati berarti itulah mereka yang sedang mencicipi “ new heaven, new earth, new jerusalem “ dan menikmatinya. Memuliakan Tuhan dan Menikmati Tuhan … tujuan hidup manusia ( Katekismus Westminster ).

Ayat 21-24, Hidup yang berkualitas adalah hidup saat bekerja dan menikmati hasil pekerjaannya. Itulah berkat Tuhan yang sesungguhnya ! bukan enak-enakan lalu malas-malasan lalu berharap dapat “ doorprize “. Seringkali kita kurang fair, maunya kerja sedikit, kerja enak, gaji tinggi ,itu Malas ! Itulah yang diprotes oleh Fredereich Engels dimana kaum buruh di zamannya bekerja begitu keras tetapi menerima gaji yang mininum, bukankah itu violence ? padahal majikannya adalah orang kristen yang sudah “ cuan “ banyak uang, melihat realita seperti ini Engels sangat benci terhadap orang kristen karena semua orang kristen mentalnya kayak gitu. Pertanyaannya adalah apakah dakwaan Engels ini salah ? Saya akan menjawab Tidak dan Ya. Tidak, karena Engels melakukan “ over generalitation “ mendakwa semua orang kristen seperti itu, walaupun Ya, ada sebagian orang kristen yang menerapkan dualisme yang justru menghancurkan kehidupan fisikal mereka maupun spiritualitas mereka yang “ fragmented “. Misalnya para businessman, hari senin – sabtu mental serigala, hari minggu mental domba. Inilah yang diprotes oleh Zinzendorf.

Ayat 24 , Sebuah ayat pengharapan ; sebelum manusia melakukan “ action “, Allah slelau melakukan “ Action “ terlebih dahulu. Inilah poin yang mengajak setiap kita untuk mengerti kemahatahuan Tuhan yang memberikan penghiburan kepada manusia untuk bersandar total kepada Tuhan di masa suka maupun dukanya.

Ayat 25a, hidup berkualitas itu harmonis dan sinkron, ada kesatuan,kedamaian, kerukunan, keharmonisan, tiada saling benci, dengki, iri hati, saling mendepak satu dengan lainnya. Bisa gak poin-poin tersebut terwujud ? Adalah fakta bahwa gereja sekarang banyak dikerumuni oleh orang-orang yang agresif, ambisius, haus kekuasaan, haus popularitas. Jika gereja sudah seperti ini apalagi di luar gereja, dimanakah keharmonisan gereja ? hidup yang kuat tidak menindas yang lemah, kaya tidak menindas yang miskin, pintar tidak menindas yang bodoh, senior tidak menindas yang junior. Itulah gambaran “ tidak saling memakan tetapi sama-sama makan rumput “. Disini kita dapat belajar bahwa Tanpa Anugerah Allah kita gak mungkin dapat bersatu. Justru Anugerah-Lah yang membawa kita menikmati hidup yang berkualitas di dalam harmoni relasional yang sejati.

Ayat 25b, hidup yang berkualitas adalah “ singa akan makan jerami seperti lembu dan ular akan hidup dari debu “. Artinya No more Fear, gak ada yang perlu ditakuti, tiada lagi ancaman tetapi disini kita bukan hanya menikmati secara pasif tetapi setiap kita harus aktif juga tidak mengancam orang lain. Belajarlah seperti apa yang pernah diungkapkan oleh Thomas A Kempis untuk belajar sabar terhadap kekurangan maupun kelemahan orang lain karena merekapun menderita karena kelemahan maupun kekurangan kita juga. Apabila kita tidak mau merubah diri, bagaimana kita dapat melihat orang lain berubah rang sikapnya ? Ini problem kita semua. Kita selalu menginginkan orang lain menjadi orang sempurna tetapi diri justru banyak kekurangan yang belum mau disempurnakan, mau jadi apa kita ? Teruslah kita mengingat bahwa hidup yang berkualitas bukan dinikmati oleh kita saja tetapi juga orang lain. Oleh karena itu marilah kita belajar memahaminya dan berjuang untuk hidup. Kualitas hidup tiada lepas dari anugerah Allah yan selalu hadir setiap pagi, setiap hari yang membuat waktu dalam hidup kita indah pada waktu-Nya.

Dalam Kasih Kristus
Ev. Daniel Santoso
Taipei, Taiwan, ROC

Reason and Spirituality

Dalam dunia modern, manusia mengadopsi satu semangat “ cogito ergo sum – I think therefore I am “ sehingga poin pentingnya adalah reason dan cenderung membuang spirituality. Sejak 1989 Tembok Berlin runtuh, semangat postmodern mulai ‘ laku ‘ dengan semangat “ I am therefore I think “ dan poin pentingnya adalah spirituality dan cenderung membuang reason. Inilah ketimpangan yag terjadi karena semua pemikiran tadi bermula dari sesuatu yang ‘ secondary ‘ bukan first source ! Dalam semangat modern, Immanuel Kant berpendapat bahwa pikiran manusia tidak pernah boleh menundukkan diri kepada otoritas apapun yang melampaui dirinya maka singkat kata, manusia harus otonom dan ia hanya tunduk terhadap hukumnya sendiri dan menolak ide wahyu berotoritas dari Allah karena manusia adalah otoritas tertinggi bagi dirinya sendiri sebagai penentu kebenaran. Inilah semangat modern yang tidak mau tunduk kepada Allah, mengutip kalimat dari Cornelius Van Til bahwa jika manusia menyembah dirinya sendiri sampai kepada taraf tidak mau tunduk kepada Allah maka ia pasti Kantian. Van Til justru menyatakan satu-satunya cara menemukan kebenaran adalah tunduk di hadapan Alkitab yang berotoritas dari Allah. Struktur pemikiran dari Van Til bertitiktolak pada doktrin penciptaan yang telah diterima oleh gereja-gereja orthodox selama berabad-abad yaitu Allah adalah Sang Pencipta dan dunia adalah ciptaan-Nya. God created therefore i am. Kedaulatan Allah sebagai Sang Pencipta menjadi poin penting disini Saya kagum kepada pesan dari Abraham Kuyper bahwa Kristus adalah Tuhan atas seluruh kehidupan manusia dimana setiap pikiran dan setiap bidang harus ditaklukkan dibawah kuasa-Nya. Itulah Reformed Mind !

Melihat semangat postmodern, menikmati kebebasan dalam hidup adalah spiritualitas mereka. Tidak heran, Michel Foucault membasiskan filsafatnya dengan tubuh – maka gay, lesbian, ekstasi menjadi new meaning of real life bagi mereka dan membuang reason yang selama ini bagi mereka hanyalah theory without application! Tidak heran, Jacques Derrida mendekonstruksikan bahasa menjadi limpah makna menurut kemauan manusia secara subjektif karena kekakuan cara pikir hidup manusia sehingga ia membuang ke-absolut-an ! kenapa ? karena mereka tidak tahan dengan kekakuan modern alias ketidakpuasan atas reason yang diabsolutkan. Tertuliskan dalam Alkitab - Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah dan dunia diciptakan oleh Firman Tuhan maka manusia bisa hadir dalam dunia ini karena Firman Tuhan. Tetapi manusia ingin jadi seperti Allah sehingga manusia jatuh ke dalam dosa. Satu-satunya solusi melalui Yesus Kristus, Firman menjadi Daging ( Yoh 1 ) dan diam bersama-sama dengan manusia dan manusia melihat kemuliaan Allah bahkan Ia rela mati menebus dosa manusia dan memberikan keselamatan bagi mereka yang diselamatkan-Nya maka pertanyaan apakah kita memancarkan kemuliaan Sang Pencipta-Sang Absolut dalam tubuh kita yang diciptakan-Nya ?God loved therefore I am ! Itulah Reformed Spirituality !

Gloria in excelsis Deo
Daniel Santoso
Taipei, Taiwan

Searching for Meaning

Perjalanan waktu terus bergulir dari tahun ke tahun, bulan ke bulan, minggu ke minggu, hari ke hari, jam ke jam, menit ke menit, detik ke detik dan manusia berada di dalam perjalanan waktu tetapi apakah itu waktu ? Agustinus pernah berkata ?jika engkau tidak pernah bertanya kepadaku apa itu waktu maka aku telah menganggap diriku tahu apa itu waktu tetapi saat engkau bertanya kepadaku apa itu waktu sesungguhnya aku tidak tahu apa itu waktu ? Melalui Kitab Pengkhotbah 3:2-8, Kita dapat melihat satu poin apakah itu waktu ? Waktu adalah Kehidupan. Segala sesuatu waktunya. Ada waktu lahir, ada waktu meninggal, dsb. Realita kehidupan manusia seakan dibawa ke dalam filsafat thesis antitesis dari Hegel sehingga realita kehidupan manusia benar-benar mengenaskan karena mereka lahir untuk mati. Tidak sedikit keinginan manusia hendak berteriak ?cukup sudah aku hidup dalam dunia ini ! ? Tidak heran, majalah The Economist memberikan judul The End of the World dalam edisi tahun baru 2005, Tidak heran orang kristen lebih tertarik kepada Doctrine of Eschatology ketimbang belajar doktrin lainnya. Tidak heran, film Armageddon, Independence Day, A1;Artificial Intelligent, The Day After Tomorrow, dsb laku keras. Tidak heran, Francis Fukuyama menuliskan thesis End of History tahun 1992 yang tetap mengelegar sampai hari ini dalam dunia akademis sehingga mengundang kritik dari Derrida, Edward Said, Jurgen Moltmann, Samuel Hungtinton, dsb. Hidup manusia begitu menegangkan karena mereka berjerih lelah berusaha untuk hidup dalam bidang masing-masing tapi kesimpulan hidup mereka adalah capek, lelah !

Tahun 2004, banyak tokoh-tokoh yang saya kagumi meninggal dunia, Christopher Reeve ( Superman ) idola saya diwaktu kecil, Jonathan Chao ( how to bring reformed theology to china ), Ronald reagan ( dalam politik dan agama ), Edward Said ( Usiran Palestina yang berjuang demi tanah airnya), Susan Sontaq ( penulis esai-esai provokatif yang transparan ). Mereka dikagumi karena mereka telah mengerjakan sesuatu dalam hidupnya tetapi hasilnya apa ? toh mereka berjerih lelah untuk mati ? Saya percaya manusia menerima tantangan hidup bukan karena tantangan itu mengasyikkan tetapi mereka berharap dunia akan menjadi lebih baik dan meninggalkan sesuatu yang berguna bagi generasi penerus. Saya kita beberapa tokoh yang saya kagumi bukan orang kristen, pertanyaannya kenapa orang non kristen dapat dikagumi oleh orang kristen ? dimana orang kristen yang dapat dikagumi oleh non kristen ?

Sejujurnya saya harus kembali kepada poros definisi pekerjaan itu sendiri, bagaimana kekristenan memandang pekerjaan ? Katolik mempercayai pekerjaan sebagai suatu ?kutukan ?karena manusia telah jatuh ke dalam dosa maka pekerjaan secara otomatis melelahkan badan. Sebagai orang Reformed, saya kembali kepada Kejadian 1:28 dan 2:15. Inilah basis iman kita bahwa pekerjaan adalah tugas mulia untuk memuliakan nama Tuhan maka orang kristen diberikan pemahaman teologi yang unik dalam bekerja yaitu theology of enjoyment ( ayat 11 ). Enjoyment hanya dinikmati oleh manusia !

He make all things beautiful in His Time ( ayat 11 ). Allah adalah Sang Pencipta dan kita adalah manusia ciptaanNya dan kita diberikan ?infinity ?buat apa ? searching for meaning ?tapi manusia khan limited ? makanya manusia mesti searching for meaning of life and death-nya. Seringkali kita sudah tidak pusing mau hidup atau mati, itu pemikiran orang bodoh ! apakah mendekati kematian baru mau cari arti hidup itu apa ? Saat tsunami melanda Aceh, Sri Lanka, Thailand, India ?82000 korban meninggal dunia. Apa yang terpikir dalam benak kita ? saat para geologi menuliskan mengapa semuanya terjadi, itu karena pergeseran lempengan bumi di bawah dasar laut sehingga terjadi goncangan gempa yang besar dan terpadu dengan gelombang laut yang bergoyang maka jika tokoh etika bertanya ?hey teolog, orang kristen, filsuf ?jawab apa arti semuanya ini ! ? Bagaimana kita ? silent ? jika silent maka kita dianggap mengulangi sejarah gereja yang silent saat Nazi membunuh dan menganiaya jutaan kaum Yahudi di Jerman ?kenapa gereja silent pada saat itu? Salah satunya karena mereka menganggap itu adalah urusan politik, bukan urusan gereja. Apakah itu jawaban kita pada mereka ?

Theodicy berasal dari Theos = Allah dan Dikos = Adil yang artinya Sang Pencipta yang mengendalikan dan memakai sarana terbaik-Nya untuk mencapai tujuan-Nya, apa yang dipandang Allah tepat untuk dipakai ! Secara pemikiran manusia, cara kerja Allah sulit dipahami, itulah yang pernah dialami oleh Ayub, penderitaan yang ia alami diluar pemahaman dirinya tetapi ia searching for meaning ?ia bertanya kepada Allah tetapi tiada jawaban, Saat Yesus disalibkan ?Ia bertanya kepada Bapa di surga ?Allahku, Mengapa Engkau meninggalkan Aku ? tiada jawaban bagi-Nya ! Ayub berserah penuh ke dalam tangan Allah yang berdaulat karena Ia percaya Ia membuat segala sesuatunya indah pada waktu-Nya. Berbicara mengenai keadilan Allah, manusia memang telah berdosa karena manusia melawan Allah. Murka Allah bagaikan badai angin dan Amarah Allah bagaikan api yang menghanguskan. Maka teman-temanku ?belajarlah sesuatu dari apa yang terjadi di sekelilingmu, saat tragedi tsunami, terorisme, globalisasi ?carilah arti hidup dan matimu sehingga kita temukan enjoyment dalam Yesus Kristus yang telah mati dan bangkit, Ia membuat segala sesuatu indah pada waktu-Nya bagimu. ( Yohanes 10:10 )

Solideo Gloria
Daniel Santoso
Taipei, Taiwan

Beyond Hedonism

Sebenarnya apakah itu hedonisme ? Hedonisme berasal dari bahasa Yunani yaitu Hedone ( kesenangan atau kenikmatan ). Menurut definisi dari Prof, Lorens Bagus, Hedonisme adalah suatu pandangan bahwa kesenangan dan kenikmatan itu harus menjadi tujuan dan tindakan manusia. Sebenarnya ajaran ini berasal dari mana ? Di dalam perjalanan ilmu pengetahuan khususnya dunia filsafat, dimulai dari suatu misi untuk “ manusia yang mempunyai pikiran “ ( Thales, Sokrates, Plato, Aristotle ) tetapi tiba-tiba dunia filsafat mengalami perubahan pandangan menuju misi “ manusia yang memiliki perasaan “disebabkan Yunani zaman itu mengalami keruntuhan, negara kehilangan kemerdekaannya, agama dan kepercayaan rakyat sedang goncang. Sejak perubahan pandangan filsafat Yunani tersebut lahirlah “ Philosophy of Epikuros “.

Epikuros adalah seorang filsuf yang tidak memiliki beban untuk melakukan penyelidikan ilmiah, ia hanya memakai pengetahuannya untuk satu tujuan yaitu : membebaskan ketakutan manusia terhadap agama. Konteks Yunani saat itu, mereka memiliki rasa takut terhadap dewa-dewa Yunani sehingga menurut Epikurus, ketakutan terhadap agama inilah menjadi problem manusia menikmati kesenangan dan kenikmatan hidup. Disini Filsafat Epikurus merintis suatu jalan manusia bebas menikmati kesenangan hidup dan mempengaruhi cara hidup generasi sepanjang zaman hingga saat ini.

Apa itu kesenangan hidup ? Banyak orang memfokuskan diri dengan mendambakan hidup pribadi yang dihiasi :Cinta ( Love ), Materi ( Material ), Kedudukan ( Power ). Pertanyaannya adalah : Apakah kesenangan itu menjamin kehidupanmu pasti selamanya bahagia ? Saya berani menjamin, kesenangan hidup tersebut tidak mungkin dapat membuat engkau bahagia selamanya ! Mengapa ? Karena konsep kesenangan hidup yang kau adopsi itu hanyalah bersifat sementara ! What’s your meaning of life ? Love ? Material ? Power ? Jika seluruhnya itu menjadi fokus hidupmu, engkau mati ! kalau begitu apakah kita tidak boleh memperoleh cinta, materi dan kedudukan ? Disini kita dapat menemukan “ The Problem of Heart “. Masalah hati yang meliputi perasaan, pikiran, keinginan, nilai-nilai , kehendak dan keputusan ! Jika hatimu tetap hanya menghargai cinta, materi dan kedudukan maka engkau hanyalah budak cinta, materi dan power !

Sebagai orang kristen, kita percaya bahwa Kerajaan Allah, Firman, Kehadiran Allah, Kekudusan Allah adalah harta kita yang kekal. Jika harta kita adalah Allah sendiri maka hati kitapun akan tertarik akan perkara Kerajaan-Nya. Hidup kita pun terarah menuju sorga, tempat kediamanNya yang kekal.

Keep The Fire Burning
Daniel Santoso
Jakarta, Indonesia

Bilingual Life

Di dalam kehidupan orang kristen, tidak jarang kesusahan dan penderitaan melanda mereka sehingga respon mereka menjadi begitu beragam. Ada yang menyatakan kecewa kepada Tuhan, ada yang marah terhadap Tuhan , ada yang malah bersyukur kepada Tuhan dan minta Tuhan memberikan kekuatan kepada setiap pribadi mereka menjalani smeuanya ini. Ayub adalah teladan yang bagaimana dalam penderitaan ia tetap bersyukur atas apa yang terjadi. Sebenarnya problem Ayub yang paling membuat ia merasa menderita bukan hanya karena ia menderita secara fisik maupun kehilangan orang-orang yang dikasihinya tetapi pada saat ia tidak dimengerti oleh teman-temannya dengan tuduhan bahwa pasti ia melakukan dosa yang besar sehingga semua tragedi itu menimpa dirinya padahal jika kita melihat dalam Ayub 1, Allah menyatakan Ayub sebagai orang saleh.

Bagi Walter Brueggeman, nasihat dari teman-teman Ayub menyebabkan Ayub mengalami :
a. undermine his self confidence
b. shalter his self extreme
c. make him feel bad.

Pertama, Jika kita melihat Ayub, dirinya adalah seorang yang hidupnya saleh dan berintegritas ( istilah dari Brueggeman ; a man of virtue and integrity ) ?27:2-4, 27:5-6a. Kalau Ayub dalam hidupnya tidak mengalami integritas tersebut maka respon perkataan Ayub terhadap nasihat dari teman-teman Ayub hanya menunjukkan kearogansian dirinya. Tetapi nyatanya bahwa Ayub bukan orang yang demikian, justru Ayub adalah orang yang baik secara moral, teologis, tanggungjawab. Disini Bruggeman menyatakan bahwa Ayub seorang yang embodiment of integrity, wholeness dan completeness.

Kedua , Ayub walaupun ia mengalami tragedi-tragedi yang tidak mudah tetapi jika kita melihat respon dari Ayub sendiri pada saat ia mendengar nasihat dari teman-teman Ayub, kita akan kaget sekali karena meskipun menderita Ayub masih dapat memuji Tuhan dan tidak menyangkali iman kepercayaannya kepada Allah. Ayub berkata ?I will hold fast to my integrity until I die ? Disini Integrity menjadi screen against the awesome reality of God dan kita dapat belajar dari Ayub untuk ?learn to speak praise & yielding which let you cherish your virtue less tightly ? Disinilah peranan hidup yang penuh doxology.

Disini saya belajar dari Ayub bagaimana kita sebagai orang kristen memiliki Integrity of Life dan Doxology of Life. Ini poin yang penting sekali karena jelas sekali bahwa Ayub seorang saleh yang menderita tetapi penderitaannya tidak merusak kehidupan integritasnya malah ia lebih mengekspresikan semua ke dalam kehidupan penuh doxology. Pertanyaannya adalah apakah kita memiliki hidup yang berintegritas dan doxology ? Kiranya Tuhan memberikan kepada kita suatu kesadaran bagaimana kita dapat memiliki hidup yang berkelimpahan berkat dan anugerah serta kekuatan untuk berjuang menikmati kehidupan yang Tuhan anugerahkan kepada setiap kita ! Amen.

Dalam Kasih Setia-Nya
Ev. Daniel Santoso
Taipei, Taiwan

The True Worship

“ God does not want empty religious offerings “. Adalah sangat menyakitkan mengkomparasi keadaan bangsa saat itu dengan kota Sodom dan Gomora di masa lampau yang secara total dihancurkan oleh Allah dengan api belerang karena kelaliman mereka ( Kejadian 18-19 ), karena Yerusalem merupakan tempat suci yang penuh dengan aktivitas religius. Dalam Yesaya 1:10-17 khususnya dalam ayat 16-17 Jelas sekali Allah memberikan panggilan bagi manusia untuk kembali kepada konsep worship sesuai standar yang ditentukan oleh Tuhan. Worship without passion hanyalah merupakan kejijikan bagi Allah. Worship with evil hanyalah merupakan kebencian bagi Allah. Worship with blood hanyalah merupakan ketidakpedulian Allah. Seringkali konsep ibadah kita yang berfokus kepada Allah yang Maha Kasih tetapi tidak memfokuskan kepada Allah yang Maha Adil. Terkadang kita suka memikirkan bahwa Tuhan khan Maha Kasih, meskipun worship kita asal-asalan toh Tuhan mengasihi kita bukan ? Wuah kalau begitu berarti kita terlalu gampang memanfaatkan Tuhan donk ? Berarti Tuhan kita gampang ditipu oleh kita sendiri donk ? Saudara, Allah memang Maha Kasih tetapi Allah-pun Maha Adil, tetapi seringkali worship kita banyak mencerminkan ketidakadilan ( injustice ) padahal Allah memegang “ The Absolute of Justice “.

Sejujurnya worship seringkali menjadi sekadar “ compensation “ dan “ propitiation “, mengambil hati Tuhan dan menjadi pelipur lara untuk mencapai suatu kepuasan. Worship kita terkadang dipahami hanya di wilayah “ sacred space “ padahal worship kitapun semestinya tercermin dalam wilayah “ secular space “ juga. Kedua space tersebut semestinya berfokus pada konsep hidup bagi Tuhan. Terkadang kita ibadah kelihatan suci di gereja tapi di tempat kerja jadinya kurang suci. Worship bukan untuk compensating, Menurut Nicholas Wolterstroff, Worship is Presenting one’s life ( sacred space and secular space ) to God. Disini Wolterstroff menekankan worship tidak bisa terlepas dari Justice karena itulah God's cause.

Dalam Kasih-Nya
Daniel Santoso
Taipei, Taiwan

Karpedium

Allah menciptakan manusia dan memerintahkan manusia berbuat baik sesuai Firman Tuhan maka saat kita melakukan perbuatan baik semestinya kita tidak punya hak untuk membanggakan diri sendiri tapi karena memang seharusnyalah kita sebagai manusia melakukan hal tersebut dalam kehidupan ini. Kitab Pengkhotbah mengatakan bahwa kita hidup dalam kondisi yang disebut kesia-siaan - meaningless. life is meaningless ! tidak ada substansinya, tidak ada artinya dan monoton ! Segala sesuatu cepat berlalu, tiada artinya. Matahari terbit dan tenggelam, sungai mengalir begitu saja. Dalam dunia ini tidak ada sesuatu yang baru, semuanya serba berulang. Salah satu yang paling mengerikan yaitu ketiadaan arti hidup.

Setiap manusia sepanjang zaman bergumul mengenai hal ini yaitu arti hidup dan Alkitab mencatat bahwa manusia telah diberikan infinity dalam hati mereka untuk mencari arti hidup yang sejati. Kapan mereka baru lekas-lekas mencari arti hidup ? Biasanya saat manusia mendekati " death " mereka melakukan " searching for meaning of life ".

Hidup digambarkan sia-sia ... hidup dibawah matahari bagai menjaring angin, meskipun manusia memiliki materi maupun kenikmatan duniawi tapi bagi penulis, semuanya tetap sia-sia belaka karena suatu saat kematian akan mengalah mereka. Maka Pengkhotbah 7:4 mengajak kita untuk pergi ke rumah duka untuk mengintrospeksi sebenarnya apakah arti hidup manusia dalam dunia yang fana ini, bertanya kepada diri " Apa yang sudah aku kerjakan di dunia ini sebelum kematian datang ? ". Hidup dan mati adalah misteri tapi indah karena melaluinya kita dapat lebih dekat kepada Tuhan karena hidup dan mati adalah ditentukan oleh-Nya maka saat Tuhan berikan manusia kesempatan untuk sekarang hidup dan esok akan mati maka apa yang sudah aku kerjakan untuk Tuhan melalui hidupku ........ itulah kasih Tuhan bagi manusia. Nikmatilah kasih-Nya melalui berkat-berkat-Nya saat kita masih hidup dan hitunglah betapa Allah konsisten menyediakan segala yang kita perlu dalam dunia ini ..... Enjoy and Count His Blessing ! Itulah Karpedium !

Dalam Pemeliharaan-Nya
Ev. Daniel Santoso
Jakarta, Indonesia

Selamat Datang

Salam Sejahtera dalam Kasih Kristus, Senang sekali melihat saudara mengunjungi website sederhana ini yang menampung rangkuman pergumulan teologis saya dengan Tuhan. Saya percaya kehidupan manusia tidak lepas dari pergumulan akan tetapi bagaimana kita memandang pergumulan itu sendiri, terlalu banyak variasi maka saya belajar bagaimana saya memandang pergumulan sebagai suatu ' solitude ' saya di hadapan Tuhan karena saya hanyalah ciptaan Tuhan dan Tuhan adalah Sang Pencipta. Ia mengetahui segala yang kualami dalam semua pertanyaanku dan Ia sendiri membukakan segala yang kuragu menjadi suatu hal aku tidak bisa tidak menaati setiap pimpinan-Nya. Tidaklah mudah menjadi orang kristen yang baik maka disinilah kita semua berjuang untuk menaati pimpinan Tuhan agar kekristenan terus bersinar melalui kehidupan religius maupun budaya orang kristen di dalam dunia ini. Teruslah bersinar teman-temanku dan hanya Kristus satu-satunya jalan, kebenaran dan hidup.

Salam perjuangan hidup bagi Kristus
Ev. Daniel Santoso
Beijing, China