Senin, 27 Juli 2009

Understand The Times 2

THE DANGEROUS OF EMERGING MOVEMENT

Bagaimana Postmodernisme telah mempengaruhi gereja di abad 21? Salah satunya yaitu EMERGING CHURCH.

Emerging Church adalah Gerakan kristen abad 20-21 yang mengajak gereja dan jemaat di abad ini menghidupi iman mereka di dalam masyarakat postmodern. Gerakan ini muncul akibat ketidakpuasan mereka terhadap organized church dan institutional chuch yang dianggapnya terlalu konservatif sehingga mereka melakukan dekonstruksi terhadap konsep ibadah kristen, konsep penginjilan dan natur komunitas kristen yang modern..

1. Gereja dipanggil untuk menjalankan “Kovenan” Allah-Manusia yang didasarkan atas kedaulatan Allah, Otoritas Allah dan kehendak Allah sebagai the absolute point of Truth. Disini Allah tidak membutuhkan persetujuan dari dua pihak karena adanya perbedaan kualitatif antara Allah dengan manusia. Dalam hal ini Kovenan harus dibedakan dengan Kontrak. Bagaimana dengan emerging church? Emerging Church tidak menjalankan Kovenan secara directly, justru mereka menekankan komunikasi manusia dengan Allah baik melalui conversation, opinion, discussion dengan culture of dialoque yaitu come one, tell us your own stories! Pengaruh freedom of speech/expression menghantar mereka untuk menikmati sebuah standar yang relatif dalam menikmati Tuhan. Sebenarnya, apa salahnya sih? Toh mereka bukannya merusak hubungan manusia dengan Allah? Toh mereka kelihatannya sangat kristen dengan doa-doa mereka, penginjilan mereka, ribuan jemaat dalam gereja, ribuan orang maju saat altar call menangisi dosa. Apanya yang salah? Sekali lagi, gereja dipanggil untuk menjalankan Kovenan Allah. Gereja bukan didesign oleh Allah untuk melakukan hal-hal yang dikerjakan oleh emerging church. Justru, gereja didesign untuk melakukan kehendak Tuhan, sesuai kedaulatan Allah, dalam Kovenan-Nya.


2. Emerging Church membawa masuk konsep “Postmodern Diversity” ke dalam gereja. Alasan mereka adalah dunia berubah secara radikal maka gereja harus berubah secara radikal juga. Itulah keep reforming, katanya. Bagaimana saudara membaca pemikiran ini? Emerging Church mengajak gereja harus berubah di saat dunia telah berubah dengan radikal, ini bukan ajaran Alkitab! Alkitab justru mengajarkan bagaimana gereja harus tampil beda, berbeda dengan dunia. Justru, Gereja adalah representative Allah dalam dunia ini, bukan budak dari dunia. Mereka banyak membicarakan mengenai bagaimana menjangkau jiwa sebanyak-banyaknya untuk Kristus tetapi mereka lupa bahwa the absolute truth justru menekankan iman adalah dasar dari perbuatan dan pengalaman (Ibrani 11:1, Efesus 2:8, Matius 21:21) maka pengajaran itu penting dan harus diutamakan oleh gereja. Disini Postmodernisme menawarkan “new perspectives” kepada emerging church untuk mempengaruhi gereja dan jemaat Tuhan agar mereka dapat menjadi gereja yang “down to earth” dan modern mengikuti perkembangan zaman. Pertanyaannya sekali lagi, gereja dipengaruhi oleh dunia atau dunia justru seharusnya dipengaruhi oleh gereja? Iman kristen yang sejati justru kembali kepada directly relating to God’s Word bahwa faith comes by hearing maka bagaimana setiap orang kristen membaca zamannya dengan SEE, FEEL, ACT. Dalam khotbah Pdt. Dr. Stephen Tong, Ia mengambarkan saat Rasul Paulus masuk ke Efesus, ia melihat berhala-hala Efesus, ia menaruh belas kasihan kepada mereka yang belum dengar Injil dan ia beraksi dengan berkhotbah di depan mereka yang belum percaya Injil. Maksud saya mengutip hal ini, Dunia memerlukan Injil, bukan Injil perlu dunia. Inilah keterbalikan logika yang selalu dianggap boleh terbalik, boleh tidak terbalik. Itu bukan ajaran Alkitab! Justru kita harus belajar teologi baik-baik agar kita mengikut Tuhan dengan benar, bukan terbalik.

3. Emerging Church memberikan pelayanan yang terbaik bagi jemaat Tuhan. Pelayanan yang “seeker friendly” dengan memberikan pelayanan kepada jemaat sesuai dengan trend jaman, ini jelas market oriented. Kegiatan gereja tersebut lebih banyak menekankan ibadah yang penuh gairah mengaktifkan panca indera manusia untuk merasakan, menikmati, menyentuh hati daripada mendengar Firman Tuhan yang benar. Demi kenyamanan jemaat, gereja tersebut rela melakukan gaya marketing sekular hanya untuk menjangkau jiwa lebih banyak. Apakah kita punya hak untuk melakukan hal seperti itu? Sebagai seorang hamba Tuhan, saya percaya bahwa gereja harus memberitakan kebenaran dengan jujur yaitu memuliakan nama Tuhan dan menikmati Tuhan. Itulah semangat God centered. Emerging Church jelas bertolak belakang, mereka lebih menekankan “congregation-oriented” dan “market-oriented” yang dapat disimpulkan sebagai “man-centered”. Inilah semangat yang dikerjakan oleh Rick Warren, penulis best seller “The Purpose Driven Life” dari Saddleback Church. Pertama, Ia mengemas berita kekristenan sangat sekular sampai hampir tidak bisa dibedakan ini sebenarnya buku teologia atau sekadar buku pengembangan diri sehingga “cover” menjadi penting daripada “content”. Problemanya adalah kita sedang beli “cover” atau “content”? bukankah seringkali kita terjebak di dalam problema ini? Jika saudara melihat fenomena industri fake brands di China bener-benar luar biasa. Louis Vuitton dan Gucci sempat kuatir terhadap omset penjualan produk mereka dan melaporkan kepada kepolisian untuk melakukan sweeping terhadap pengedar fake brands. Herannya, industri mereka tidak pernah mati, malah berkembang sampai seantero jagat. Kenapa penjualan mereka begitu “hidup”? Cover mereka bagus, meskipun content poor quality. Kedua, Ia menggunakan bahasa seduktif yang sangat “down to earth” tetapi tidak akurat sesuai aslinya.Sebagai contoh, Rick Warren suka mengutip “The Message” dari Eugene Peterson. Warren mengutip Yohanes 3:17 dari Peterson: “God didn't go to all the trouble of sending his Son merely to point an accusing finger, telling the world how bad it was. He came to help, to put the world right again.” Jika kita melihat dari bahasa Yunani, kutipan bahasa Inggris yang paling akurat adalah NASB. "For God did not send the Son into the world to judge the world, but that the world might be saved through Him. “Saved” berbeda dengan “Help”. Kenapa Warren memilih terjemahan Eugene Peterson? Terjemahan Peterson lebih lunak, universal bagi kristen maupun non-kristen padahal terjadi “lack of meaning” dalam pengertian “saved-menyelamatkan” dengan “help-membantu, menolong”. Kebenaran Alkitab adalah menyelamatkan, bukan membantu atau menolong.

Kiranya Tuhan memberkati kita, berbalik untuk kembali kepada satu-satunya standar sejati yaitu di dalam Kristus.

by His grace
Daniel Santoso
Guangzhou, China

Tidak ada komentar: