Selasa, 28 Agustus 2007

Bilingual Life

Di dalam kehidupan orang kristen, tidak jarang kesusahan dan penderitaan melanda mereka sehingga respon mereka menjadi begitu beragam. Ada yang menyatakan kecewa kepada Tuhan, ada yang marah terhadap Tuhan , ada yang malah bersyukur kepada Tuhan dan minta Tuhan memberikan kekuatan kepada setiap pribadi mereka menjalani smeuanya ini. Ayub adalah teladan yang bagaimana dalam penderitaan ia tetap bersyukur atas apa yang terjadi. Sebenarnya problem Ayub yang paling membuat ia merasa menderita bukan hanya karena ia menderita secara fisik maupun kehilangan orang-orang yang dikasihinya tetapi pada saat ia tidak dimengerti oleh teman-temannya dengan tuduhan bahwa pasti ia melakukan dosa yang besar sehingga semua tragedi itu menimpa dirinya padahal jika kita melihat dalam Ayub 1, Allah menyatakan Ayub sebagai orang saleh.

Bagi Walter Brueggeman, nasihat dari teman-teman Ayub menyebabkan Ayub mengalami :
a. undermine his self confidence
b. shalter his self extreme
c. make him feel bad.

Pertama, Jika kita melihat Ayub, dirinya adalah seorang yang hidupnya saleh dan berintegritas ( istilah dari Brueggeman ; a man of virtue and integrity ) ?27:2-4, 27:5-6a. Kalau Ayub dalam hidupnya tidak mengalami integritas tersebut maka respon perkataan Ayub terhadap nasihat dari teman-teman Ayub hanya menunjukkan kearogansian dirinya. Tetapi nyatanya bahwa Ayub bukan orang yang demikian, justru Ayub adalah orang yang baik secara moral, teologis, tanggungjawab. Disini Bruggeman menyatakan bahwa Ayub seorang yang embodiment of integrity, wholeness dan completeness.

Kedua , Ayub walaupun ia mengalami tragedi-tragedi yang tidak mudah tetapi jika kita melihat respon dari Ayub sendiri pada saat ia mendengar nasihat dari teman-teman Ayub, kita akan kaget sekali karena meskipun menderita Ayub masih dapat memuji Tuhan dan tidak menyangkali iman kepercayaannya kepada Allah. Ayub berkata ?I will hold fast to my integrity until I die ? Disini Integrity menjadi screen against the awesome reality of God dan kita dapat belajar dari Ayub untuk ?learn to speak praise & yielding which let you cherish your virtue less tightly ? Disinilah peranan hidup yang penuh doxology.

Disini saya belajar dari Ayub bagaimana kita sebagai orang kristen memiliki Integrity of Life dan Doxology of Life. Ini poin yang penting sekali karena jelas sekali bahwa Ayub seorang saleh yang menderita tetapi penderitaannya tidak merusak kehidupan integritasnya malah ia lebih mengekspresikan semua ke dalam kehidupan penuh doxology. Pertanyaannya adalah apakah kita memiliki hidup yang berintegritas dan doxology ? Kiranya Tuhan memberikan kepada kita suatu kesadaran bagaimana kita dapat memiliki hidup yang berkelimpahan berkat dan anugerah serta kekuatan untuk berjuang menikmati kehidupan yang Tuhan anugerahkan kepada setiap kita ! Amen.

Dalam Kasih Setia-Nya
Ev. Daniel Santoso
Taipei, Taiwan

Tidak ada komentar: